OKU Timur, Sumatera Selatan (ANTARA) -
Kepala Staf TNI AD, Jenderal TNI Andika Perkasa, mengatakan telah mengusulkan pengadaan alat utama sistem persenjataan baru yang dibutuhkan, termasuk helikopter serbu dan helikopter angkut.
 
"Bukan hanya helikopter Osprey saja. Dalam (daftar alutsista) yang kami sempat usulkan ada helikopter AW juga dan Black Hawk juga," kata Andika usai meninjau latihan tempur di Pusat Latihan Tempur Kodiklat TNI AD, Baturaja, Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan, Kamis.
 
Alutsista tersebut diyakini bisa menambah kekuatan TNI AD. Kendati demikian, TNI AD tak memaksakan untuk pembelian alutsista tersebut mengingat saat ini tengah pandemi Covid-19.

Baca juga: TNI AD bangun Puslatpur di Kalimantan Utara
 
"Tapi, sekali lagi kami siap menerima keputusan apapun karena memang kita sedang berhadapan dengan pandemi," kata Andika.
 
Melihat karakteristik wilayah Indonesia sebagai negara kepulauan, kata dia, dibutuhkan lebih banyak helikopter.
 
"Helikopter angkut tadi, seharusnya kami punya yang lebih besar. Helikopter serang misalnya Apache, kami seharusnya punya lebih banyak, tidak hanya delapan saja," tutur mantan komandan Pasukan Pengamanan Presiden  ini.
 
Saat ini helikopter angkut yang dimiliki oleh TNI AD adalah Mil Mi-17. Meski kapasitas angkutnya sudah cukup besar, Andika menilai perlu ada helikopter angkut yang kapasitasnya lebih besar.

Baca juga: Tingkatkan profesionalisme tempur prajurit, TNI AD gelar Latancab 2020
 
"Ada yang lebih besar lagi yang kami perlukan," katanya.
 
Tetapi, TNI AD menyerahkan keputusan kepada pemerintah dan akan menggunakan alutsista dengan sebaik mungkin. "Dengan yang kami punya. Kami sudah berusaha memaksimalkan dengan menggunakan teknologi terbaru," katanya.
 
Helikopter MV-22 Osprey menggabungkan keunggulan sebuah helikopter bersayap putar (rotary wing) dengan pesawat terbang bersayap tetap (fixed wing) walau biaya operasional dan perawatan-pemeliharaannya lebih tinggi ketimbang helikopter konvensional.

Baca juga: Kasad Andika puas dengan hasil Latancab Kartika Yudha 2020
 
Desain seperti ini dianggap sesuai dengan karakteristik geografis di Indonesia, khususnya di wilayah pedalaman, yang tidak memiliki landas pacu memadai untuk mendaratkan pesawat angkut.
 

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2020