Jakarta (ANTARA News) - Sebuah ruang besar berhias beberapa lampu besar dengan permadani biru menjadi saksi bisu batalnya pelelangan pertama harta karun Indonesia di gedung ballroom Mina bahari tiga di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta pada Rabu (5/5).

Pelelangan pertama itu dihadiri pejabat Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik maupun masyarakat bahkan warga asing salah satunya Piere Haelterman asal Belgia.

"Pelelangan ini yang pertama di Indonesia dan saya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu," ujar Haelterman sambil memegang kamera. Haelterman mengaku teman dari pemburu harta karun asal Belgia Luc Heymans, yang mengangkat barang lelang tersebut dari dasar laut perairan Cirebon.

Namun, dari sekian kemegahan ruangan itu ada sesuatu yang terlihat ganjil yaitu 25 kursi peserta lelang yang dilapisi kain putih tidak ada satupun perserta lelang yang duduk hingga acara ditutup.

"Wah percuma saja acara pelelangan tidak ada peserta lelang, coba kamu duduk situ biar saya foto," ujar salah satu wartawan foto kepada temannya saat mengungkapkan kekesalan.

Acara lelang pertama dibuka sekaligus ditutup oleh pembacaan laporan lelang oleh Ira Ningsih, Pejabat Lelang Kelas I Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang Jakarta III.

"Karena tidak ada penawaran lelang, maka lelang ini saya tutup," katanya sambil mengetuk palu.

Fadel yang juga Ketua Panitia Nasional yang bertanggung jawab akan proses lelang tersebut mengemukakan tidak adanya peserta karena waktu sosialisasi yang sangat kurang.

"Panitia nasional mengakui bahwa waktu yang diberikan sangatlah kurang yaitu enam hari," katanya dalam acara tersebut."Kami akan menggelar pertemuan dulu dengan bapak Presiden membahas agenda permasalahan yang ada," lanjut Fadel.

Pernyataan itu juga diperkuat oleh George Gunawan, Ketua Asosiasi Balai Lelalang Indonesia.

"Di luar negeri lelang laku dan tidak laku itu sudah biasa tapi persiapan mereka dari satu tahun sebelumnya," katanya. (ADM/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010