Di Indonesia memang ada tanda-tanda ke sana (neobank) tapi untuk branchless sama sekali belum ada
Jakarta (ANTARA) - Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani memperkirakan neobank akan menjadi tren, mencermati perkembangan digitalisasi sektor keuangan meski dinilai saat ini masih belum ada praktik di Indonesia.

“Di Indonesia memang ada tanda-tanda ke sana (neobank) tapi untuk branchless sama sekali belum ada,” kata Aviliani dalam webinar terkait ekonomi Indonesia 2021 di Jakarta, Rabu.

Menurut Aviliani, neobank adalah bank yang beroperasi tanpa kantor dengan layanan di antaranya menabung, menarik dana, sistem pembayaran hingga produknya digital.

Baca juga: OJK Institute: Prospek neobank di Indonesia sangat menjanjikan

Saat ini, lanjut dia, sudah mulai bank-bank besar mengakuisisi bank kecil untuk dijadikan bank digital.

Neobank, kata dia, memiliki perbedaan dengan bank digital karena bank digital masih memiliki kantor cabang dan produknya juga digital.

“Tapi ke depan akan ada tren ke sana, makanya kita lihat bank punya bank, itu kemungkinan harusnya bisa ke sana (neobank),” kata Aviliani.

Salah satu pendorong munculnya neobank, kata dia, karena hampir 60 persen penduduk Indonesia merupakan kalangan milenial yang mempercepat neobank meski pelayanan terhadap nasabah senior harus tetap diberikan karena memiliki dana besar.

Baca juga: BI ungkap pergeseran sistem pembayaran ritel melalui "fintech"

Meski ada sinyal neobank di Indonesia, namun ia mencermati ada tantangan besar neobank yakni data tunggal hingga kejahatan siber karena tidak berhubungan langsung dengan manusia.

Tantangan lainnya yaitu terkait investasi yang besar hingga kolaborasi di dalam satu ekosistem mengingat konglomerasi perusahaan bank atau keuangan di Indonesia tercatat sebanyak 30 konglomerasi.

“Tapi apa ekosistem itu bisa jalan? Itu harus dibereskan. Belum tentu, konglomerasi punya anak perusahaan tapi mau berekosistem itu tantangannya menjadi neobank,” kata Aviliani.

Baca juga: Gubernur BI: Digitalisasi kunci pertumbuhan ekonomi RI ke depan

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020