Mataram (ANTARA) - Cheryl Anne Gilbert (52), warga Belanda yang mengalami cedera saat mendaki Gunung Tambora mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.

"Korban sempat mendapatkan perawatan di Puskesmas Calabai, Kecamatan Pekat, sebelum dirujuk ke RSUD Dompu," kata Kepala Balai Taman Nasional Gunung Tambora Yunaidi, ketika dihubungi dari Mataram, Senin.

Ia mengatakan wisatawan asal Belanda itu rencananya akan ke Jakarta melalui Bandara Sultan Muhammad Salahuddin di Bima.

"Informasi terakhir yang kami terima, dia (turis Belanda), akan dibawa ke Jakarta. Mungkin hari ini dibawa," ujarnya.

Baca juga: Kadis PM-PTSP NTB: Investor AS tertarik buka usaha di Samota

Baca juga: 300 hektare lahan terbakar di Gunung Tambora berhasil dipadamkan


Wisatawan asal Belanda itu mendaki Gunung Tambora melalui jalur Kawinda Toi pada Kamis (12/11). Ia bersama empat orang warga lokal, termasuk di dalamnya dua pemandu wisata gunung.

Dalam perjalanan pulang pada Sabtu (14/11), wisatawan asing itu mengalami cedera kaki di bagian engkel sehingga tidak mampu untuk berjalan.

Tiga orang warga memutuskan untuk turun terlebih dahulu dengan tujuan untuk meminta bantuan.

Mendapat laporan warga, tim evakuasi gabungan yang terdiri atas anggota polisi hutan (polhut), masyarakat mitra polhut, dan seorang anggota TNI Angkatan Darat berangkat ke atas gunung.

Mereka kemudian mengevakuasi warga Belanda itu dengan cara ditandu melalui jalur berbeda dari jalur awal pendakian dengan tujuan mempersingkat jarak tempuh.

"Korban berhasil dievakuasi ke Sori Peto Dusun SP 3 Tambora, pada Ahad (15/11). Korban kemudian dibawa ke kantor Balai Taman Nasional Tambora menggunakan mobil galag sebelum dibawa ke puskesmas," kata Yunaidi.

Meskipun ada insiden, Yuniadi mengatakan aktivitas pendakian Gunung Tambora tetap dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan COVID-19, yakni menggunakan masker, menunjukkan hasil rapid test dan tidak boleh berdua dalam satu tenda.

Pihaknya juga mengimbau agar setiap pendaki tetap berhati-hati di jalur pendakian karena kondisi cuaca bisa berubah-ubah setiap saat.

"Saat ini situasi lapangan masih panas. Kami tidak tahu ke depan gejala alam seperti apa. Kadang-kadang siang panas, malam hujan," katanya.*

Baca juga: Areal sabana Gunung Tambora terbakar

Baca juga: Gunung Tambora dinilai layak masuk Unesco Global Geopark

Pewarta: Awaludin
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020