Sejak delapan bulan lalu yakni Maret-Oktober 2020 pendapatan menurun drastis hingga 80 persen dan sebagian pekerja dirumahkan.
Lebak (ANTARA) - Kalangan perajin batik di Kabupaten Lebak, Banten kembali bersemangat untuk memenuhi tingginya permintaan batik khas daerah setempat.

"Kami bersyukur di tengah pandemi COVID-19 itu kembali banyak permintaan terutama dari kalangan ASN dan BUMN," kata Umsaro (55), seorang perajin Batik Chanting Pradana Kabupaten Lebak, Sabtu.

Meningkatnya permintaan pasar itu tentu menjadikan harapan kembali perajin batik di tengah pandemi Corona tersebut.

Sejak delapan bulan lalu yakni Maret-Oktober 2020 pendapatan menurun drastis hingga 80 persen dan sebagian pekerja dirumahkan.

Menurunya omzet pendapatan itu,kata dia, akibat dampak penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), sehingga konsumen tidak ada yang mendatangi UKM batik tersebut.

"Kami berharap dengan meningkatnya permintaan itu sehingga para pekerja bisa kembali bekerja," katanya menjelaskan.
Baca juga: Ini cara Lebak tingkatkan IKM batik, tenun Badui hingga gula semut

Menurut dia, saat ini, banyak permintaan pesanan batik itu melalui jejaring internet secara online dan mereka dari kalangan ASN, BUMN dan masyarakat.

Selain itu juga permintaan dari luar daerah, seperti Jakarta, Bandung hingga Pulau Sumatera.

Selama ini, kata dia, strategi pemasaran produk batik di tengah pandemi COVID-19 itu dengan memanfaatkan teknologi internet melalui online itu.

Harga batik yang dijual itu termurah Rp150 ribu dengan bahan baku katun, sedangkan bahan baku sutera mencapai Rp1,2 juta.

"Kami pekan depan cukup banyak pesanan dari ASN dan BUMN," katanya menjelaskan.
Baca juga: Omzet perajin Batik Lebak anjlok hingga 80 persen akibat pandemi

Begitu juga pebatik lainnya, Dedi (55) mengatakan sejak dua pekan terakhir permintaan batik cenderung meningkat sekitar 50 persen.

Padahal, sejak pandemi Corona omzet penjualan menurun sampai 95 persen dan konsumen bisa dihitung jari.

"Meningkatnya permintaan pasar itu melalui daring secara online, karena jika konsumen datang ke sini masih diterapkan PSBB dan tidak boleh berkerumun," katanya.

Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lebak, H Dedi Rahmat mengatakan pemerintah daerah mendorong agar perajin batik lokal agar memanfaatkan teknologi daring secara online.

Sebab, mereka para pelaku usaha sudah dilakukan pelatihan pemasaran melalui online,sehingga bisa diandalkan selama berlangsung pandemi COVID-19.

"Kami minta semua pelaku usaha,termasuk perajin batik lokal agar memasarkan produk mereka secara online dan bisa dijadikan andalan untuk meningkatkan omzet penjualan," katanya.
Baca juga: Produk unggulan Lebak dipasarkan secara online

Pewarta: Mansyur suryana
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020