Kami tidak berdiam diri, maka kami dorong desa-desa adat untuk membangun kesiapsiagaan bencana termasuk tsunami,
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Bali mendorong kearifan lokal dan memberdayakan masyarakat adat untuk membangun kesadaran dan kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman bencana tsunami.

"Saat ini Pulau Bali baru punya sembilan sirine tsunami dan  satu di antaranya rusak. Kami tidak berdiam diri, maka kami dorong desa-desa adat untuk membangun kesiapsiagaan bencana termasuk tsunami," kata Kepala BPBD Provinsi Bali I Made Rentin pada webinar dalam rangka peringatan Hari Kesadaran Tsunami Dunia yang dipantau di Jakarta, Jumat.

Dia menjelaskan, sirine yang rusak tersebut berada di Tanjung Benoa. Untuk itu didorong kearifan lokal dengan Desa Adat Tanjung Benoa dimana desa adat telah membangun kesepahaman bersama dengan semua pihak hotel di wilayah tersebut.

MoU tersebut berisi kesepakatan jika tsunami terjadi maka hotel siap untuk menampung seluruh warga desa adat, bahkan sudah dipetakan hotel yang menjadi titik evakuasi warga desa.
Baca juga: Gubernur: Bali siap jadi tuan rumah pertemuan global soal bencana

Hal lain yang dilakukan BPBD Provinsi Bali terkait sirine tsunami yang rusak di Tanjung Benoa, pihaknya juga menempuh beberapa strategi lain.

Strategi tersebut yaitu tetap berkomunikasi dengan pemerintah pusat, dukungan APBD provinsi dan kabupaten, dukungan dari dunia usaha terutama perhotelan untuk mengambil peran dalam pengadaan sirine tsunami.

Menurut dia, untuk seluruh wilayah Bali membutuhkan sebanyak 34 titik sirine tsunami. Di Bali terdapat 1.493 desa adat dan 3.625 banjar adat dengan jumlah penduduk sebanyak 4,3 juta jiwa.

Pulau Bali memiliki dua gunung api aktif yaitu Gunung Agung dan Gunung Batur serta berhadapan dengan zona megathrust Segmen Sunda yang memiliki potensi gempa tertarget magnitudo 8,5 serta berpotensi tsunami.
Baca juga: BNPB ingin jadikan Bali percontohan pariwisata aman bencana

Namun dengan kondisi rawan bencana tersebut tidak menyurutkan tekad untuk menjadikan Bali sebagai daerah tangguh bencana dan didorong sebagai daerah percontohan pariwisata tangguh bencana.

Untuk mencapai target tersebut berbagai upaya dilakukan antara lain Gubernur menetapkan Hari Simulasi Bencana yang dilaksanakan tanggal 26 setiap bulan.

Serta mendorong dunia usaha terutama sektor perhotelan untuk memiliki sertifikat kesiapsiagan bencana meski saat ini baru 64 hotel yang bersertifikat.

Juga mendorong dan mengedepankan kearifan lokal dan membekali pecalang di desa-desa adat dengan ilmu dasar penanggulangan bencana yang diharapkan menjadi garda terdepan termasuk dalam membangun budaya sadar bencana.
Baca juga: BNPB siapkan konsep kesiapsiagaan tinggi di daerah wisata prioritas

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2020