Jakarta (ANTARA) - Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) menggagas kongres berkebaya nasional pada 21-22 Desember 2020 agar kebaya semakin mendunia.

"Kegiatan ini akan melibatkan berbagai komunitas berkebaya, wakil organisasi, baik politik, sosial, profesi maupun akademisi dan masyarakat umum, " ujar Ketua Penyelenggara Kongres Berkebaya Nasional, Lana T Koentjoro dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Dia menambahkan kebaya sebagai busana nasional merupakan warisan para leluhur. Kebaya digunakan perempuan Indonesia sejak dulu.

Baca juga: Mantan kekasih Denny Sumargo ini lelang kebaya pertunangannya

Dia menambahkan kebaya mengandung filosofi mendalam dengan nilai sejarah yang tinggi. Kehadirannya menjadikan kebaya sebagai salah satu alat pemersatu bangsa.

Terdapat beberapa hal yang menjadi tujuan dari kongres tersebut, pertama adalah untuk memperkuat gerakan pelestarian budaya khususnya busana tradisional Indonesia, melalui pengenalan dan ajakan menggunakan kebaya kepada generasi muda.

Tujuan berikutnya adalah untuk mendapatkan pengakuan dunia (UNESCO), dengan cara mendaftarkan kebaya sebagai warisan tak benda asal Indonesia.

"Terakhir kita ingin mendorong pemerintah untuk menetapkan Hari Berkebaya Nasional, sehingga tahap berikutnya dapat merancang program pemberdayaan masyarakat melalui produksi dan pemasaran kebaya," ucapnya.

Ketua Gerakan Wanita Berkebaya Indonesia Rahmi Hidayati mengatakan kebaya saat ini sudah dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga bisa digunakan untuk berbagai aktivitas. Mulai dari aktivitas di rumah, kerja kantoran, naik sepeda, mendayung, bahkan naik gunung.

Baca juga: Rampak Sarinah berkampanye kebaya di Thailand

Baca juga: Rumpi Kebaya ajak generasi milenial kenali pakaian tradisional

Baca juga: Rumah kebaya jadi "spot" favorit berfoto pada Lebaran Betawi


Rahmi meminta masyarakat tidak merasa dibuat "ribet" atau repot sama kebaya. "Modelnya bisa dimodifikasi dan bisa untuk semua aktivitas," kata Rahmi.

Pewarta: Indriani
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020