Jakarta (ANTARA) -
Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengaku bangga bahwa tiga daerah yang dipimpin oleh kader partainya mendapatkan penghargaan sebagai "Kota Mahasiswa" atau "City Of Intellectual" tepat pada peringatan Hari Pahlawan.

Ketiga daerah itu adalah Kota Semarang yang dipimpin Walikota Hendrar Prihadi, Kota Solo yang dipimpin FX Hadi Rudyatmo, dan Kota Surabaya yang dipimpin Tri Rismaharini.

Hal itu berdasarkan riset yang dilaksanakan oleh tim yang dipimpin Ketua Senat dan Guru Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Hafid Abbas dan diumumkan secara daring, di Jakarta, Selasa.

"Terima kasih yang jadi peringkat kesatu, kedua, dan ketiga, Semarang, Solo, Surabaya, itu adalah anak-anak dari partai saya," kata Megawati sambil tersenyum.

Menurut dia, para kepala daerah itu bisa membangun kotanya menjadi "city of intelectual" karena mereka selalu diajarkan di partai, bagaimana harus menjadi pemimpin yang memperjuangkan rakyat.

"Saya bila ke Hendi (sapaan Hendrar Prihadi, red), ketika saya rekomendasi, tugasmu cuma satu, bikin Kota Semarang jadi bagus seperti kriteria disampaikan Pak Hafid Abbas tadi," ujar Megawati dalam keterangannya.

"Sama juga sama Rudy di Solo. Saya tugasi, tolong bikin rakyat di Solo nyaman. Saya dengar universitas di sana ini juga buka bagian boga. Bayangkan Kota Solo itu makanannya enak-enak. Saya pernah diajak kawan saya, mau sholat subuh, kembali sholat subuh lagi, untuk wisata kuliner. Rasanya enak dan murah meriah. Tapi intinya, kenapa Solo bisa demikian? Karena pemimpinnya mengerti dan mendalami kebutuhan rakyatnya," jelas Megawati.

Baca juga: Megawati ingatkan calon kepala daerah tak berorientasi pada keuntungan

Putri Bung Karno ini justru menyayangkan Kampus UNJ di Rawamangun, Jakarta, belum masuk kategori "city of intellect". Padahal, prasasti yang pertama kali menyampaikan visi itu justru berada di sana.

"Sayang kan kalau Rawamangun belum berhasil jadi city of intellect. Jadi para akademisi, saya mohon sangat, secara akademis kita melihat kita ini tujuannya mau kemana," kata Megawati.

Presiden Kelima RI ini mengatakan, Jakarta seharusnya bisa menjadi "city of intellect", namun disayangkan Jakarta saat ini amburadul.

"Sekarang Jakarta ini jadi amburadul. Karena apa? Seharusnya jadi city of intellect bisa dilakukan. Tata kota, masterplan nya, siapa yang buat? Tentu akademisi, insinyur, dan sebagainya," ujarnya.

Megawati mengingatkan kembali bahwa visi "Kota Mahasiswa" atau City of Intellect yang ditelurkan oleh Bung Karno itu terjadi pada 15 September 1953.

"Hal ini berarti pemikiran Bapak Soekarno 50 tahun lebih maju dibandingkan dengan perkembangan pemikiran internasional saat ini yang baru melakukan pemeringkatan Kota Mahasiswa," kata Megawati.

Untuk diketahui, Proklamator RI Bung Karno pertama kali menyebutkan "Kota Mahasiswa" saat menandatangani prasasti gedung UNJ tahun 1953. Visi itu tak dipahami hingga pada 2010, masyarakat internasional mengenalnya setelah pertama kali Quacquarelli Symonds (QS) bersama Times Higher Education (THE) mempublikasikan hasil studi pemeringkatan kota-kota mahasiswa terbaik di dunia pada 2010.

QS menjelaskan bahwa satu kota patut disebut sebagai Kota Mahasiswa apabila di kota itu sudah terdapat minimal dua perguruan tinggi bereputasi yang melayani masyarakatnya yang berpenduduk lebih 250 ribu jiwa.

Selain itu, kriteria lainnya adalah kehadiran mahasiswa internasional dengan pertimbangan bahwa kota itu ramah terhadap perbedaan latar belakang budaya, gaya hidup yang toleran, dan inklusif.

Termasuk apakah kota itu aman, tidak ada konflik, nyaman, dan terdapat banyak peluang kerja setelah tamat, dan seterusnya. Lalu aspek keterjangkauan terkait biaya kuliah dan biaya hidup, dan ketersediaan transportasi publik maupun kemudahan bepergian, serta keindahannya.

Baca juga: PSBB, Hasto: kepala daerah dari PDIP tak ambil keputusan tergesa-gesa

Baca juga: Megawati instruksikan calon kepala daerah patuhi kebijakan Covid-19

Baca juga: KPK ingatkan calon kepala daerah dari PDIP jauhi tindakan korupsi

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2020