RNTH itu tahun ini sudah ada revisi, dari Rp7,25 triliun kita revisi jadi Rp7,75 triliun
Jakarta (ANTARA) - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) pada 2021 mencapai Rp8,5 triliun dengan total jumlah hari bursa sebanyak 241 hari.

"RNTH itu tahun ini sudah ada revisi, dari Rp7,25 triliun kita revisi jadi Rp7,75 triliun. Sampai sekarang RNTH Rp7,9 triliun satu harinya. Untuk tahun depan, di atas revisi tahun ini. Ini Rp8,5 triliun per hari sudah naik dari revisi yang kita targetkan tahun ini Rp7,75 triliun," kata Direktur Utama BEI Inarno Djajadi saat jumpa pers usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BEI secara virtual di Jakarta, Selasa.

BEI juga menargetkan jumlah pencatatan efek baru pada 2021 menjadi 30 pencatatan efek baru yang terdiri dari pencatatan efek saham, obligasi korporasi baru, dan pencatatan efek lainnya meliputi Exchange Traded Fund (ETF), Dana Investasi Real Estate (DIRE) dan Efek Beragun Aset (EBA).

"Target tersebut akan dicapai melalui pelaksanaan kegiatan sosialisasi untuk Perusahaan Tercatat dan Calon Perusahaan Tercatat yang saat ini dilakukan melalui kombinasi penyelenggaraan kegiatan sosialisasi, one-on-one meeting, serta workshop yang dilakukan secara online maupun offline," ujar Inarno.

Sementara itu, BEI juga secara berkesinambungan memberikan dukungan pengembangan, serta kepatuhan Anggota Bursa (AB) dan partisipan, yang diwujudkan melalui kegiatan pelatihan dan sosialisasi, pertemuan rutin, dukungan jasa informasi, serta dukungan teknis dalam pengembangan sistem dan layanan kebursaan.

Tidak hanya itu, lanjut Inarno, BEI juga terus berupaya melakukan pengembangan pasar untuk meningkatkan jumlah dan aktivitas investor pasar modal di masa pandemi COVID -19. Hal itu dilakukan melalui pelaksanaan kegiatan literasi, inklusi, dan aktivasi yang diarahkan melalui media daring.

Inarno menambahkan, pihaknya terus berupaya untuk fokus pada pendalaman pasar modal Indonesia dan fokus pada inovasi untuk meluncurkan produk, layanan, dan instrumen pasar yang baru pada 2021 mendatang. Hal tersebut sejalan dengan tema pengembangan yang telah ditetapkan untuk tahun 2020 hingga 2021, yaitu “Melakukan Pendalaman Pasar Modal, Meningkatkan Efisiensi, dan Transparansi”.

Selain disusun berdasarkan Master Plan BEI 2021 – 2025, serangkaian inisiatif yang akan dijalankan oleh BEI tentunya turut mempertimbangkan pula beberapa asumsi makroekonomi yang disampaikan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2021, dan telah disetujui oleh pemegang saham dalam RUPSLB.

BEI telah melakukan finalisasi Master Plan 2021 – 2025 yang disusun sejak akhir 2019 berdasarkan hasil diskusi dengan para pemangku kepentingan, dan menetapkan visi dan misi yang dibuat untuk mencapai aspirasi BEI. Visi dan misi BEI tersebut adalah “Menjadi Bursa Kredibel yang Menggerakkan Pendalaman Keuangan dan Memberdayakan Indonesia menjadi Ekonomi Terbesar ke-5 pada tahun 2045”.

Dalam upaya mewujudkan aspirasi BEI tersebut, sejumlah inisiatif telah ditetapkan dalam Empat Pilar Utama Pengembangan, yaitu Pilar I yaitu meningkatkan efisiensi sebagai bursa efek dalam penggalangan dana dan aktivitas perdagangan untuk menarik partisipasi yang lebih besar. Hal itu meliputi serangkaian inisiatif yang ditujukan untuk mengoptimalkan fungsi inti bursa, baik dari sisi penawaran dan permintaan.

Pilar II yaitu mengembangkan area pertumbuhan baru, termasuk pasar modal syariah. Hal itu terkait dengan inisiatif bursa dalam pengembangan produk baru meliputi derivatif, ETF, serta layanan di bidang pasar modal syariah. Pilar III yaitu memperluas cakupan layanan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan pelaku pasar. Pilar tersebut berkaitan dengan inisiatif yang ditujukan untuk pengembangan di luar core utama bursa dan mengikuti tren bursa saham global. Hal itu dapat terkait pula dengan inisiatif pengembangan indeks baru, optimalisasi layanan data, serta pengembangan sistem perdagangan untuk pasar obligasi, pasar uang, dan pasar valas.

Sedangkan Pilar IV yaitu menjaga pasar yang teratur melalui tata kelola dan pengawasan berteknologi tinggi. Pilar ini merupakan pilar yang sangat penting, yaitu bagaimana bursa mengedepankan pasar yang teratur melalui tata kelola dan pengawasan berteknologi tinggi untuk mendukung pengembangan pasar ke depan.

"Selanjutnya, yang tidak kalah penting adalah dua pondasi utama untuk mendukung keempat pilar tersebut, yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkompetensi tinggi dan kapabilitas infrastruktur IT yang andal dalam memenuhi pengembangan lima tahun ke depan," ujar Inarno.

Memperhatikan seluruh target dan rencana kegiatan BEI pada 2021, proyeksi total pendapatan yang akan diperoleh BEI adalah sebesar Rp1,12 triliun atau meningkat 17,36 persen dibandingkan total pendapatan RKAT 2020-Revisi senilai Rp957,54 miliar. Proyeksi atas biaya usaha BEI untuk 2021 adalah sebesar Rp960,91 miliar sehingga laba sebelum pajak menjadi Rp162,87 miliar. Setelah dikurangi estimasi beban pajak sebesar Rp43,15 miliar, maka perkiraan perolehan laba bersih BEI pada 2021 adalah sebesar Rp119,72 miliar.

Total aset BEI pada 2021 diproyeksikan akan sebesar Rp3,16 triliun atau naik 7,07 persen dari RKAT 2020-Revisi yang berjumlah Rp2,95 triliun. Adapun saldo akhir kas dan setara kas (termasuk investasi jangka pendek) pada 2021 diproyeksikan mencapai Rp1,63 triliun.

RUPSLB BEI hari ini dihadiri oleh 91 pemegang saham dari 96 Anggota Bursa aktif atau sebanyak 94,79 persen dari jumlah pemegang saham yang memiliki hak suara. Selain telah disetujuinya RKAT 2021, pemegang saham juga secara aklamasi menyetujui agenda RUPSLB BEI.

Baca juga: BEI: Ada 17 perusahaan lagi berencana masuk bursa di sisa tahun ini
Baca juga: Akhir pekan, BEI suspensi Kresna Sekuritas

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020