Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong pemanfaatan rawa banjiran untuk memberikan manfaat dalam pemenuhan sumber pangan ikan dan peningkatan ketahanan pangan untuk kebutuhan gizi warga.

"Perairan rawa banjiran atau flood plain area mempunyai posisi strategis dan berfungsi sebagai tempat spawning, nursery dan feeding ground untuk ikan," kata Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP Sjarief Widjaja dalam keterangan tertulis, Senin.

Ia memaparkan, salah satu cara mengoptimalkan pengelolaan perairan rawa antara lain dengan memaksimalkan fungsi lebung buatan untuk mendukung peningkatan produksi rawa banjiran.

Rawa banjiran merupakan ekosistem yang lebih cepat rusak dan hilang dibandingkan ekosistem lain.

"Rawa banjiran tidak hanya rentan terhadap perubahan langsung, seperti konversi menjadi lahan pertanian atau pemukiman, tetapi juga rentan terhadap perubahan kualitas air sungai yang mengaliri rawa itu sendiri," ucapnya.

Akibat dari hal itu,  keanekaragaman ikan lebih cepat mengalami penurunan dibandingkan ekosistem lain.

Kerusakan lingkungan ini diindikasikan dengan rendahnya keanekaragaman ikan dan besarnya dominasi komunitas ikan oleh spesies ikan kecil.

Untuk itu, KKP melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) , mengembangkan model pengelolaan SPEECTRA (Special Area for Conservation and Fish Refugia), salah satunya adalah di Patra Tani, Kabupaten Muara Enim, Sumsel.

"Karakteristik rawa banjiran di Sumsel ini memang sangat menarik. Pada saat musim hujan akan menjadi rawa besar, yang airnya menutup semua permukaan. Pada saat musim kemarau air akan hilang dan akan tersisa di ceruk-ceruk kecil tempatnya ikan. Kita ingin melihat bagaimana caranya supaya ikan-ikan endemik asli Sumsel ini, maupun Indonesia pada umumnya, mereka bisa hidup terus di lokasi Patra Tani. Apabila di Indonesia sudah ada taman margasatwa, di Patra Tani kita kembangkan sebagai fisheries park," kata Sjarief Widjaja.

Ia mengatakan tidak hanya melakukan penebaran benih, akan tetapi berharap Patra Tani menjadi menjadi tempat indukan untuk berkembang biak ikan secara berkelanjutan.

Menurut Sjarief, model SPEECTRA ini merupakan yang pertama di Sumsel dan tidak menutup kemungkinan untuk dikembangkan di daerah lainnya sebagai tempat sumber plasma nutfah untuk lingkungan yang ada di sekitarnya.

Sementara itu Kepala Pusat Riset Perikanan Yayan Hikmayani mengatakan, Patra Tani merupakan wilayah lahan rawa marjinal, yang telah dimodifikasi dan dikerjakan oleh Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluh Perikanan (BRPPUPP) Palembang.

Hasil modifikasi tersebut, menurut Yayan Hikmayani, dijadikan percontohan suatu model pengelolaan perikanan dengan sistem rawa banjiran.

Model pengelolaan yang disebut SPEECTRA ini, sebagai suatu bentuk modifikasi lahan rawa yang mengutamakan konservasi dan sebagai tempat perlindungan ikan-ikan rawa banjiran.

"Dengan demikian, SPEECTRA merupakan model ekosistem rehabilitasi buatan pada daerah dataran banjir yang berupa lebung-lebung, yang merupakan bentuk perlindungan atau suaka perikanan di perairan umum daratan," paparnya.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020