Produktivitas kelapa sawit sangat tinggi, dapat menghasilkan minyak nabati mencapai delapan ton per hektar per tahun. Ini jauh lebih tinggi dibandingkan minyak dari kedelai dan biji bunga matahari yang hanya mampu menghasilkan 0,4 ton dan 0,5 ton min
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar IPB University Prof Dr Purwiyatno Hariyadi mengatakan bahwa kelapa sawit memiliki potensi dalam mendukung terwujudnya Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

"Terlebih Indonesia merupakan tempat produsen kelapa sawit. Produktivitas kelapa sawit sangat tinggi, dapat menghasilkan minyak nabati mencapai delapan ton per hektar per tahun. Ini jauh lebih tinggi dibandingkan minyak dari kedelai dan biji bunga matahari yang hanya mampu menghasilkan 0,4 ton dan 0,5 ton minyak per hektarenya," katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Ahad.

Dalam konferensi Food Ingredient Asia Conference (FiAC) ke-6 yang diselenggarakan South East Asia Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center, Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), IPB University bekerjasama dengan Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian (Fateta) IPB University dan Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI) .itu, ia menambahkan bahwa kelapa sawit juga memiliki umur produktif mencapai 25 tahun dengan biaya produksi relatif lebih murah.

Berdasarkan data yang dihimpun Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), kata dia, sepanjang tahun 2019 produksi minyak sawit Indonesia mencapai 51,8 ton crude palm oil (CPO). Jumlah itu 9 persen lebih tinggi dari produksi tahun 2018.

Hal tersebut, katanya, menjadikan Indonesia layak disebut sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia. Dengan pertumbuhan populasi dan ekonomi dunia, permintaan terhadap minyak nabati selama satu dekade ke depan akan terus meningkat.

“Komoditas minyak kelapa sawit telah bertumbuh secara kuat menyumbang produk domestik bruto (PDB) nasional sekitar 1,5 sampai 2,5 persen. Ini yang menjadikan pemerintah Indonesia menjadikan kelapa sawit sebagai faktor kunci perekonomian,” tambahnya.

Tidak hanya sebagai penghasil devisa, kata dia, kelapa sawit juga berkontribusi dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat, termasuk kualitas pendidikan dan kesehatan. Karenanya, tak bisa dipungkiri bahwa minyak kelapa sawit memainkan peran yang signifikan dalam mencapai target SDGs.

Baca juga: IPB gelar seminar bahas persoalan sawit

Baca juga: Wakil Menteri Perdagangan minta IPB siapkan ahli kelapa sawit


Namun demikian, perlu beberapa strategi untuk menjawab berbagai tantangan seperti aspek keamanan pangan dan risiko kesehatan. Faktanya, sebanyak 85 persen minyak kelapa sawit digunakan untuk memasak makanan. Oleh karena itu, perlu dipastikan keamanan secara keseluruhan rantai pasoknya sejak tahapan produksi hingga akhir.

Purwiyatno Hariyadi ​​​​​​​ juga menegaskan Indonesia perlu membangun kegiatan riset dan pengembangan agar menghasilkan nilai komposisi kelapa sawit yang lebih tinggi dan berkualitas. Termasuk minyak yang bebas lemak trans dan kaya akan fitonutrien.

Sementara itu Perwakilan IPB University, Dr Azis Boing Sitanggang, dalam sambutannya mengatakan, FiAC merupakan wadah untuk mendiseminasikan dan mendiskusikan hasil penelitian dan isu terkini terkait pangan di Indonesia dan dunia.

Sementara itu Kepala LPPM IPB University, Dr Ernan Rustiadi mengatakan populasi dunia yang terus bertambah seiring dengan terbatasnya lahan produktif merupakan tantangan bagi ketahanan pangan dunia.

"Ini harus diatasi dengan meningkatkan produktivitas lahan yang tersedia, meminimalkan food loss, serta mengelola konsumsi pangan substansial yang berkelanjutan,” katanya.

Baca juga: Akademisi: sawit bukan penyebab deforestasi

Baca juga: Dosen IPB University ciptakan baju antipeluru dari limbah sawit

Baca juga: Akademisi: sawit sumber energi alternatif terbaik gantikan fosil

Baca juga: IPB University ciptakan Egea spray antibau dari kelapa sawit


 

Pewarta: Indriani
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020