Ada tiga jenis APK dan empat jenis bahan kampanye yang kita serahkan
Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi I DPR RI Yan Mandenas mendukung penuh penambahan dan pembenahan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) TNI Angkatan Laut di wilayah Indonesia Timur khususnya Papua yang telah direncanakan pemerintah melalui Kementerian Pertahanan RI.

Dia menilai sejauh ini Alutsista TNI AL tersebut masih jauh dari ideal terutama di wilayah timur Indonesia.

"Saya lihat langsung alutsista milik Lantamal X, khususnya kapal patroli yang mereka miliki sangat jauh dari ideal. Seperti kapal patroli yang digunakan tadi, itu kapal tahun 2004 bahkan ada yang lebih tua dari ini," kata Yan Mandenas dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Hal itu dikatakannya setelah melihat langsung sejumlah alutsista milik Markas Lantamal X TNI AL Jayapura-Papua, Kamis.

Pada kesempatan tersebut dengan menggunakan Kapal KAL Piton III, bersama Komandan Lantamal X Laksma TNI Yeheskiel Katiandagho, dan Komandan Lanud (Danlanud) Silas Papare Jayapura Marsma TNI Budhi Achmadi , Yan Mandenas melakukan patroli laut di teluk Youtefa Jayapura-Papua yang berbatasan langsung dengan Negara Papua New Guine.

Menurut Yan Mandenas, Komisi I DPR telah mendorong langkah modernisasi seluruh alutsista yang dimiliki TNI mulai dari TNI AD, TNI AL dan TNI AU yang bertugas di wilayah Papua, terlebih khusus di wilayah terpencil, terdepan dan terluar (3T).

"Letak geografis Papua berdekatan dengan negara-negara tetangga Indonesia, khususnya negara-negara Pasifik menjadi alasan utama untuk melakukan langkah tersebut," ujarnya.

Yan Mandenas menilai Papua merupakan salah satu daerah penyangga dalam sisi pertahanan Indonesia, khususnya terhadap persaingan antara Amerika dan China di kawasan Pasifik.

Menurut dia, daerah perbatasan Indonesia di Papua dengan Negara PNG sejauh ini masih terbuka, sehingga kedepannya harus dibenahi pemerintah pusat.

"Kalau ini tidak dimanfaatkan dengan baik, maka tidak akan muncul diplomasi pertahanan kita dengan negara Pasifik," katanya.

Dia berharap negara hadir di Papua dalam rangka menjaga kedaulatannya ketika mulai munculnya ancaman dari negara-negara luar.

Idealnya, menurut dia, sarana dan prasarana dan alutsista Indonesia harus mumpuni lalu diimbangi dengan kegiatan-kegiatan terukur seperti patroli darat, laut dan udara.

"Jadi ke depannya 'grand design' pertahanan kita harus menjadi prioritas pembenahan khususnya di wilayah yang berbatasan dengan negara luar," ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut, Komandan Lanud (Danlanud) Silas Papare Jayapura Marsma TNI Budhi Achmadi mengatakan pihaknya selama ini terus menerus melakukan patroli disepanjang wilayah tugasnya untuk mencegah masuknya ancaman dari luar khususnya adanya perdagangan illegal.

"Kita terus bersinergi dengan 3 matra TNI, untuk mencegah adanya gangguan-gangguan dari negara tetangga, terlebih semakin maraknya perdagangan illegal seperti narkotika jenis ganja, yang kian marak masuk dari negara Papua New Guine," katanya.

Yehezkiel menjelaskan, dengan luasnya lingkup kerjanya, sejauh ini baru ada 5 pos pengamatan angkatan laut dan Lanalnya baru ada 1 dan saat ini ada 2 unit Lanal persiapan sehingga kekuatan pasukan masih minim.

Menurut dia, dengan kondisi yang ada harus terus berupaya memaksimalkan pengamanan laut, dengan dua armada kapal patroli, anggotanya terus melakukan operasi.

"Walaupun kapal kita tidak sebanding dengan para pelaku kriminal, seperti peredaran narkoba. Kita sering kalah dalam aksi kejar mengejar di laut karena para pelaku menggunakan kapal dengan kecepatan 30-40 knot sedangkan kapal kita hanya memiliki kecepatan 15 knot," ujarnya.

Yehezkiel berkeyakinan, ke depannya akan ada peremajaan alutsista yang dimiliki Lantamal X dan diharapkan dengan kunjungan anggota Komisi I DPR RI, bisa mendorong modernisasi alutsista.
Baca juga: TNI AL berkomitmen modernisasi alutsista Korps Marinir
Baca juga: Ketua DPR "menyelam sambil minum kopi"


Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2020