Gunung Kidul (ANTARA) - Empat pasangan calon bupati dan wakil bupati Gunung Kidul pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 belum ada yang memanfaatkan metode kampanye secara daring dengan alasan tidak efektif untuk mendapatkan simpati masyarakat dan terkendala jaringan internet.

"Sampai hari ini, belum ada informasi terkait kampanye secara daring," kata Ketua KPU Gunung Kidul Ahmadi Ruslan Hani di Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Kamis.

Ia mengatakan untuk masa kampanye yang akan berakhir 5 Desember 2020 mendatang. KPU Gunung Kidul terus mendorong peserta pilkada menggunakan metode kampanye secara daring untuk memutus rantai penyebaran COVID-19.

Baca juga: KPU Gunung Kidul tetapkan 4 pasangan calon peserta Pilkada 2020

Hal ini sesuai PKPU Nomor 13 Tahun 2020 terkait kampanye terbuka yang dilarang meliputi rapat umum, kegiatan kebudayaan (pentas seni, panen raya, konser musik), kegiatan olahraga, perlombaan, kegiatan sosial, dan acara HUT partai politik (parpol).

"Kami tetap mendorong agar paslon menggunakan metode kampanye daring, namun di lapangan, tim sukses dan pasangan calon tetap memilih menggunakan metode kampanye secara tatap muka," katanya.

Salah satunya cabup Gunung Kidul yang diusung Partai Nasdem, Immawan Wahyudi mengaku dirinya bersama timnya sebetulnya sudah menyiapkan tiga model kampanye. Namun pihaknya mengakui bahwa metode tatap muka masih menjadi yang utama.

“Kami paling menyukai metode tatap muka, selain lebih efisien, kami bisa mendengar langsung apa yang diinginkan masyarakat,” kata Immawan.

Baca juga: KPU Gunung Kidul : Debat publik Paslon Pilkada tiga kali

Ia mengakui kampanye secara daring masih menjadi opsi kedua karena metode ini masih terkendala masalah teknis seperti jaringan internet. Masih banyak wilayah di Gunung Kidul yang tidak terjangkau jaringan internet.

Sementara itu, tim pemenangan pasangan Sutrisno Wibowo-Ardi, Sismono La Ode juga masih menggunakan kampanye metode tatap muka untuk mengambil hati masyarakat. Faktor jaringan internet yang belum merata dan belum semua warga di Gunung Kidul bisa mengakses media pertemuan dalam jaringan menjadi alasan kampanye daring belum digunakan.

“Untuk pertemuan daring kan juga menggunakan kuota, lebih boros dan membebani masyarakat,” katanya.

Dari pasangan Bambang Wisnu Handoyo-Benyamin Sudarmadi, tim pemenangannya, Stefanus Sujoko juga masih menggunakan cara konvensional. Kendala sinyal masih menjadi alasan utama sehingga kampanye tatap muka masih dipilih.

Baca juga: KPU Gunung Kidul: Massa kampanye rapat umum maksimal 100 orang

"Seperti diketahui bersama bahwa masih banyak 'blank spot' di Gunung Kidul ini tentu masih menjadi kendala. Tapi kami tidak menutup peluang untuk mencobanya,” katanya.

Senada dengan tiga paslon tersebut, tim pemenangan paslon Sunaryanto-Heri Susanto juga menggunakan metode pertemuan langsung menyapa masyarakat. Salah satu tim pemenangan, Agung Wahyudi mengatakan, dari sisi efektivitas, kampanye langsung masih menjadi andalan.

“Untuk kampanye dalam jaringan kami belum pernah melakukan pertemuan langsung menggunakan zoom atau google meet, hanya saja menggunakan video atau konten kreatif yang digunakan untuk pengenalan di media sosial,” kata Agung.

Sementara itu, Ketua Bawaslu Gunung Kidul Tri Asmiyanto mengatakan pihaknya melalui panwaslu terus melakukan pemantauan terhadap kampanye yang dilakukan masing-masing calon. Dalam pemantauan pihaknya mengedepankan agar tetap menjaga protokol kesehatan selama kampanye tatap muka.

Baca juga: KPU Gunung Kidul targetkan tingkat partisipasi pilkada 72 persen

"Hingga kini belum ada yang memanfaatkan daring, masih memanfaatkan tatap muka. Untuk pengawasan yang utama adalah penerapan protokol kesehatan saat kampanye itu," katanya.

Pewarta: Sutarmi
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2020