Jakarta (ANTARA) - Perusahaan teknologi penyedia layanan perjalanan dan gaya hidup berbasis digital, Traveloka, menawarkan alternatif liburan tanpa harus keluar rumah lewat tur virtual.

Alternatif wisata ini diharapkan bisa berkontribusi positif kepada sektor pariwisata, di antaranya kepada para pramuwisata, untuk tetap berkarya dan produktif di tengah pandemi.

“Pandemi COVID-19 telah menghambat keberlanjutan usaha para pelaku sektor pariwisata, salah satunya pramuwisata, karena masyarakat memang diharapkan untuk mengurangi mobilitas untuk membatasi penyebaran virus corona," kata Albert, Co-founder Traveloka dalam konferensi pers daring, Kamis.

Baca juga: Menarik minat wisatawan lewat promosi gencar

Baca juga: Traveloka Clean Partners dorong pemulihan pariwisata


Tur virtual ini merupakan kerjasama dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia serta PT Atourin Teknologi Nusantara (Atourin), perusahaan teknologi penyedia jasa daring dan luring di sektor pariwisata, termasuk pengembangan konten tur virtual di Indonesia.

Ada 15 tujuan wisata dari tujuh provinsi di Indonesia yang bisa disinggahi wisatawan dari layar gawai masing-masing, yakni Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Papua.

Lima belas destinasi wisata tersebut akan tersedia di aplikasi Traveloka secara bertahap sepanjang 2020. Bali jadi destinasi pertama yang bisa dikunjungi, dilanjutkan dengan Labuan Bajo yang tersedia di tur virtual pada November.

Setiap destinasi yang tersedia di tur virtual ini punya jadwal dan durasi perjalanan yang beragam, mulai dari 60 menit hingga 90 menit.

Pengguna akan mendapat rincian rencan aperjalanan ke tujuan destinasi wisata. Setiap tur akan dipandu pramuwisata yang memberikan informasi laiknya tur secara luring.

Dalam kampanye InDOnesia CARE, Kemenparekraf juga berkolaborasi dengan banyak pihak, termasuk Atourin dan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) untuk mengadakan pelatihan bagi pramuwisata terkait konsep kegiatan tur virtual, sehingga pramuwisata dapat memahami cara memandu wisata secara digital.

"Kami yakin dan optimistis dengan semangat kolaborasi, pariwisata akan bertahan dan bangkit dengan cepat," kata Benarivo Triadi Putra, CEO Atourin, menambahkan sudah ada lebih dari tiga kali pelatihan untuk pemandu wisata agar bisa lebih luwes bekerja secara virtual.

"Semakin banyak pelaku pariwisata yang menyadari pentingnya memahami dan memanfaatkan teknologi informasi," katanya.

Baca juga: Menparekraf ajak industri pariwisata bersiap songsong situasi kondusif

Baca juga: Moda transportasi dibuka, Traveloka belum jual tiket kereta dan bus

Baca juga: Tren pembatalan perjalanan melonjak tajam di Traveloka

 

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020