Jika dia mengambil suaka di Korea Selatan, dia didefinisikan sebagai pengkhianat, murtad. Dan tidak ada yang tahu hukuman apa yang akan dijatuhkan pada anggota keluarga pengkhianat
Seoul (ANTARA) - Anggota parlemen dan pejabat Korea Selatan menyuarakan keprihatinan tentang keselamatan putri remaja mantan diplomat senior Korea Utara di Italia setelah laporan berita bahwa dia telah menetap di Korea Selatan sementara  putrinya dikirim kembali ke Utara.

Jo Song Gil, mantan pelaksana tugas duta besar Korut untuk Italia, menghilang bersama istrinya setelah meninggalkan kedutaan tanpa pemberitahuan pada November 2018.

Keberadaannya tidak diketahui sejak itu, tetapi seorang anggota komite intelijen parlemen Korsel pada Selasa mengonfirmasi laporan berita bahwa Jo tiba di Selatan pada Juli 2019 di bawah perlindungan pemerintah.

Baca juga: Tentara Korut "siaga penuh" hadapi propaganda pembelot di Korsel
Baca juga: Korut peringatkan Korsel untuk hentikan pembelot sebarkan selebaran


Laporan tersebut memicu kekhawatiran di antara beberapa anggota parlemen tentang putri Jo, yang menurut Kementerian Luar Negeri Italia, dipulangkan ke Utara atas permintaannya setelah orang tuanya hilang. Dia adalah seorang remaja, tetapi tidak ada detail lain tentang dia yang diketahui.

Thae Yong-ho, mantan wakil duta besar Pyongyang untuk Inggris yang membelot ke Korsel pada 2016, telah secara terbuka meminta Jo untuk datang ke Korsel tetapi mendesak untuk menahan diri dalam liputan media tentangnya.

"Di mana seorang diplomat yang tercela hidup menentukan tingkat perlakuan atau hukuman yang akan diberikan kepada kerabatnya yang tinggal di Utara," kata Thae, yang sekarang menjadi anggota parlemen.

"Jika dia mengambil suaka di Korea Selatan, dia didefinisikan sebagai pengkhianat, murtad. Dan tidak ada yang tahu hukuman apa yang akan dijatuhkan pada anggota keluarga pengkhianat."

Cho Tae-yong, anggota parlemen oposisi lainnya dan mantan wakil penasihat keamanan nasional, menuduh pemerintah membocorkan informasi tersebut meskipun Jo tidak ingin pembelotannya diketahui publik karena putrinya.

"Tidak mungkin untuk mengetahui tanpa bantuan dari otoritas intelijen dan pemerintah secara efektif mengonfirmasinya, yang merupakan tindakan yang sama sekali tidak memiliki pertimbangan kemanusiaan mengenai putrinya," kata Cho dalam sesi parlemen.

Badan Intelijen Nasional Korsel menolak berkomentar.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Korsel Kang Kyung-wha mengatakan pada sesi tersebut bahwa dia "terkejut" melihat berita tersebut dan berbagi keprihatinan anggota parlemen tentang keselamatan putri Jo.

Sumber: Reuters

Baca juga: Jumlah warga Korut menyeberang ke Selatan turun drastis saat pandemi
Baca juga: Korut siapkan selebaran anti-Korsel di tengah ketegangan

Penerjemah: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020