Petani kecil yang memproduksi lateks juga dapat memperoleh pendapatan yang lebih tinggi karena harga lateks yang lebih tinggi
Kuala Lumpur (ANTARA) - Perusahaan Malaysia FGV Holdings Berhad (FGV) melalui anak usahanya, FGV Rubber Industries Sdn Bhd (FGVRI), sedang memperluas bisnis karetnya ke Eropa dan Amerika Utara melalui penunjukan Rubber Heart Ltd (RHL)  sebagai agen pemasaran karet yang berbasis di Inggris Raya.

"Penunjukan tersebut mencakup pengembangan pemasaran dan penjualan strategis dari berbagai kelas karet yang ditentukan secara teknis berkualitas tinggi FGV dan bahan berbasis karet alam khusus lainnya secara eksklusif untuk negara-negara di benua ini," ujar Chief Executive Officer (CEO) FGV Group Dato 'Haris Fadzilah Hassan di Kuala Lumpur, Jumat.

Dia mengatakan sebagai salah satu produsen Standard Malaysian Rubber (SMR) terkemuka, ini adalah kesempatan yang sangat baik bagi FGV untuk lebih memperluas dan memperkuat daftar klien internasional.

Baca juga: AS cabut larangan impor sarung tangan medis dari Malaysia

RHL merupakan ahli dalam pemanfaatan teknis dan berkelanjutan Karet Hijau FGV (Karet Alam Teroksidasi dan Karet Alam yang dihapuskan), di mana FGVRI adalah satu-satunya produsen di Malaysia.

"Saya yakin penunjukan ini juga akan membantu mendorong produk green rubber FGV untuk memenuhi permintaan karet hijau sebagai pengganti karet sintetis, terutama di industri ban," katanya.

Karet hijau FGV adalah karet modifikasi yang struktur molekulnya diubah untuk meningkatkan sifat agar sebanding dengan karet sintetis.

Baca juga: Indonesia buka peluang kerja sama industri ban dengan China

"Ini diproduksi secara eksklusif di pabrik karet Palong 8 FGV di Negeri Sembilan. Petani kecil yang memproduksi lateks juga dapat memperoleh pendapatan yang lebih tinggi karena harga lateks yang lebih tinggi," katanya.

Direktur RHL, David Cawthra mengatakan pihaknya menantikan kemitraan ini dengan FGV dan melanjutkan hubungan jangka panjangnya dengan industri karet di Malaysia.

Sebelumnya Amerika Serikat telah menghentikan ekspor produk kelapa sawit dari FGV karena dituding telah memberlakukan para pekerjanya secara tidak manusiawi. FGV memiliki banyak pekerja perkebunan yang berasal dari Indonesia. Di Malaysia, perseroan memiliki 197 perkebunan yang berlokasi di Selangor, Perak, Pahang, Negeri Sembilan, Johor, Sabah dan Sarawak. Sedangkan di Indonesia, kegiatan perkebunan fokus di lima perkebunan yang terletak di Kalimantan Tengah dan Barat.

Baca juga: Harga karet turun, pemerintah siap berdiskusi dengan Thailand dan Malaysia

Pewarta: Agus Setiawan
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020