Juru bicara pimpinan badan keamanan negara melalui pernyataan di media pemerintah mengatakan bahwa tiga dari 10 yang ditangkap mendapat pelatihan di Iran sementara sisanya "terkait dengan sel tersebut melalui berbagai peran."
Para anggota "mendapat latihan militer dan lapangan, seperti cara membuat bahan peledak, di situs milik Pengawal Revolusi Iran" selama beberapa pekan pada akhir 2017, katanya.
Pernyataan itu juga menyebutkan bahwa senjata dan bahan peledak disita dari dua tempat berbeda, yakni di rumah dan di kebun, di Arab Saudi. Negara Teluk Arab tersebut merupakan pengekspor minyak terbesar dunia sekaligus sekutu utama Amerika Serikat.
Arab Saudi, yang berpenduduk mayoritas Muslim Sunni, dan Iran, mayoritas Syiah, terlibat dalam sejumlah perang proksi di kawasan, termasuk di Yaman.
Riyadh menuding Iran atas serangan rudal dan drone di fasilitas minyak kerajaan tersebut tahun lalu, namun tuduhan itu ditepis oleh Teheran.
Sumber: Reuters
Baca juga: Iran bantah tuduhan Saudi soal dukungan untuk terorisme
Baca juga: Iran desak penyelidikan program nuklir "rahasia" Arab Saudi
Baca juga: Arab Saudi sebut miliki infrastruktur untuk bertahan dari agresi Iran
Iran tidak ingin ada perang di kawasan Timur Tengah
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2020