Jakarta (ANTARA) - Ketua Tim Pendidikan Wahana Visi Indonesia (WVI) Mega Indrawati mengatakan orang tua atau pengasuh memerlukan dukungan psikososial untuk mendampingi anak belajar di rumah selama penerapan pembelajaran jarak jauh.

"Orang tua dan anak sama-sama terisolasi dan beraktivitas dalam kondisi yang tidak ideal. Tidak semua orang tua memiliki kapasitas mengajar materi pelajaran," kata Mega melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.

Mega mengatakan tidak semua orang tua atau pengasuh siap menggantikan tanggung jawab guru untuk mendukung anak-anak saat harus belajar di rumah, yang pada saat yang tetap melakukan kegiatan mata pencarian.

Baca juga: Wahana Visi Indonesia paparkan dampak sosial ekonomi akibat COVID-19

Orang tua atau pengasuh yang memiliki tingkat pendidikan formal rendah memiliki kesulitan lebih besar untuk mendukung anak-anak belajar di rumah.

"Tidak hanya menimbulkan tekanan pada anak, tidak semua orang tua memiliki waktu dan kesabaran yang cukup selama proses belajar bersama anak," tuturnya.

Akibatnya beberapa anak akhirnya mengalami kekerasan oleh orang tua atau pengasuhnya di rumah, baik kekerasan verbal maupun kekerasan fisik.

Karena itu, Mega menyarankan sekolah dan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan memiliki perhatian dan program khusus untuk mendukung orang tua, tidak hanya untuk kepentingan akademis, tetapi juga memberikan dukungan psikososial.

"Orang tua yang memiliki kondisi psikososial yang baik, akan dapat menjalankan peran mendampingi anak dengan baik," katanya.

Baca juga: Wahana Visi Indonesia rapat daring menjelang normal baru di sekolah

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Komunikasi dan Informatika dapat menyebarkan pesan "mendidik/mengasuh anak tanpa kekerasan" melalui saluran-saluran belajar jarak jauh dan berbagai media; baik cetak, elektronik maupun media sosial.

Kaji Cepat WVI mengenai Dampak Pandemi COVID-19 pada Anak dan Rumah Tangga di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal menemukan 62 persen rumah tangga mengaku dapat menangani situasi dalam kendali penuh, sementara 28,7 persen hanya bisa menangani sebagian.

Pengasuh perempuan menunjukkan kapasitas yang lebih baik dalam menangani situasi menggunakan pengasuhan yang positif, yaitu sebanyak 64 persen, dibandingkan dengan pengasuh laki-laki yang hanya 55 persen. 

Baca juga: KPPPA luncurkan panduan perlindungan anak dalam pandemi COVID-19
Baca juga: KPPPA: Kasus anak meninggal karena COVID-19 harus jadi perhatian
Baca juga: WVI: Hak anak tetap harus dipenuhi saat pandemi COVID-19

Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020