Dengan adanya tambahan 22 kasus positif COVID-19 yang baru ditemukan itu maka akumulasi jumlah kasus positif menjadi 778 kasus
Bogor (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat menemukan lagi tambahan sebanyak 22 orang warga "Kota Hujan" itu terkonfirmasi positif COVID-19 pada Selasa ini sehingga jumlah totalnya naik menjadi sebanyak 778 kasus, dan dua di antaranya meninggal dunia.

"Dengan adanya tambahan 22 kasus positif COVID-19 yang baru ditemukan itu maka akumulasi jumlah kasus positif menjadi 778 kasus," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor dr Sri Nowo Retno saat menyampaikan data harian COVID-19 Kota Bogor, Selasa (8/9) 2020.

Ia menjelaskan bahwa dari 22 orang yang ditemukan terkonfirmasi positif itu, 16 orang di antaranya adalah berusia produktif yakni 20-55 tahun. Kemudian dua orang anak berusaia 10 tahun ke bawah, serta empat orang lanjut usia berusia 60 tahun ke atas.

Menurut dia dari empat orang lanjut usia yang terkonfirmasi positif COVID-19, dua di antaranya meninggal dunia. Mereka adalah, laki-laki berusia 60 tahun warga Kecamatan Bogor Selatan, serta perempuan berusia 63 tahun warga Kecamatan Bogor Barat.

Dengan adanya tambahan 22 kasus positif COVID-19 yang baru ditemukan sehingga akumulasi jumlah kasus positif menjadi 778 kasus.

Dari akumulasi tersebut, sebanyak 474 kasus dinyatakan sembuh, 35 kasus meninggal dunia, sehingga kasus positif yang masih sakit ada 269 kasus.

Sedangkan kasus positif yang dinyatakan sembuh pada Selasa ini ada 15 kasus sehingga akumulasi kasus sembuh seluruhnya menjadi 474 kasus.

Jika dibandingkan dengan akumulasi seluruh kasus positif, kata Sri Nowo Retno, maka kasus sembuh saat ini ada 60,92 persen.

Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto saat memimpin rapat rutin "briefing staff" di Balai Kota Bogor mengatakan berdasarkan data terbaru dari Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) COVID-19 nasional, menunjukkan tingkat kewaspadaan Kota Bogor terhadap COVID-19 sudah turun dari tingkat risiko tinggi atau zona merah menjadi tingkat risiko sedang atau zona oranye.

Menurut dia, penurunan tingkat risiko tersebut karena adanya perbaikan pada sejumlah indikator. "Alhamdulillah, patut kita syukuri bersama," katanya.

Ia menilai penurunan tingkat risiko itu juga dampak positif dari diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Mikro dan Komunitas (PSBMK) yang mengatur adanya jam malam dan adanya pembatasan jam operasional kepada tempat usaha.

"Setelah diterapkan PSBMK, maka kerumunan warga menjadi berkurang dan disiplin warga memakai masker jadi lebih tinggi," demikian Bima Arya Sugiarto.

Baca juga: Wali kota sebut kasus COVID-19 di kota Bogor meningkat 215 persen

Baca juga: Pemberlakuan "jam malam" di "hinterland" Ibu Kota

Baca juga: Bogor Utara, kawasan paling merah di Kota Bogor ditinjau wali kota

Baca juga: Peringkat tertinggi COVID-19 di Kota Bogor dari klaster keluarga

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020