Kebijakan ini kontras dengan perlakuan yang diterima Jepang dari negara-negara G7 dan negara besar lainnya, yang memperlakukan warga asing yang tinggal lama setara dengan penduduknya dalam hal kesehatan,
Tokyo (ANTARA) - Empat kelompok lobi bisnis negara Barat ikut memprotes larangan perjalanan Jepang untuk menahan penyebaran wabah COVID-19, dengan menyebutnya tak sejalan dengan langkah ekonomi dan akan mengganggu investasi.

Banyak negara telah memberlakukan larangan perjalanan demi melawan pandemi, namun Jepang merupakan salah satu yang menerapkannya dengan sangat ketat, yakni melarang masuk turis dan pemegang visa dari 140 negara lebih.

“Kebijakan ini kontras dengan perlakuan yang diterima Jepang dari negara-negara G7 dan negara besar lainnya, yang memperlakukan warga asing yang tinggal lama setara dengan penduduknya dalam hal kesehatan,” kata kelompok bisnis tersebut dalam sebuah pernyataan, Selasa.

Baca juga: Jepang siaga dengan lonjakan kasus COVID-19 di tengah kampanye wisata
Baca juga: Kasus COVID-19 naik, Jepang desak lebih banyak bekerja secara daring


Pernyataan bersama itu ditandatangani oleh kelompok lobi bisnis dari Inggris, Australia, Selandia Baru serta AS dan Eropa—yang sebelumnya telah mengeluarkan protes tentang kebijakan itu.

Jepang mengizinkan warganya kembali ke negara itu jika mereka telah menjalani tes deteksi COVID-19 serta melakukan karantina mandiri dalam periode waktu tertentu, sementara warga asing yang tinggal di Jepang harus menjalani aturan lebih ketat lagi jika ingin kembali.

Menurut kelompok bisnis di atas, langkah-langkah tersebut “hanya akan membuat enggan warga asing dan perusahaan mereka untuk bekerja dan berinvestasi di Jepang.”

Kementerian Luar Negeri Jepang belum berkomentar terkait hal ini, namun bulan lalu pemerintah mengumumkan bahwa pihaknya akan memulai langkah bertahap dalam mengembalikan izin perjalanan seperti semula tergantung pada kondisi wabah, mulai dari 12 negara Asia.

Sejauh ini, aturan pembatasan wabah semacam larangan perjalanan itu telah membuat ekonomi Jepang terpukul. Negara itu mencatat kontraksi ekonomi terbesar untuk periode kuartal kedua tahun ini.

Sumber: Reuters

Baca juga: Gubernur Tokyo serukan pembatasan perjalanan selama musim liburan
Baca juga: Tokyo mungkin nyatakan darurat jika kasus corona memburuk

Penerjemah: Suwanti
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020