Harapan tipis, sekarang ada COVID-19, tahun ini tidak taruh harapan tinggi,
Jakarta (ANTARA) - Sudah menjadi tradisi bahwa setiap perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia selalu diwarnai beragam kegiatan untuk memaknai dan menyemarakkannya.

Dari upacara peringatannya, diskusi, dialog, seminar hingga bakti sosial. Kemudian yang tidak dilupakan semua warga adalah aneka lomba dan pertandingan; dari yang benar-benar serius untuk meraih prestasi dan prestise hingga sekedar untuk meramaikan.

Warga menyebut momentum tersebut sebagai "Agustusan". Sebutan itu bermakna peringatan atau perayaan yang identik dengan beragam kegiatan yang bernuansa seremonial dan juga kegembiraan.

Banyak sekali lomba dan pertandingan diselenggarakan oleh masyarakat, bahkan dari tingkat RT, RW hingga skala yang lebih luas. Yang penting inti lomba dan pertandingannya adalah meriah dan semua warga tertawa serta bergembira bersama.

Kebiasaan itu seperti sudah menjadi tradisi setiap menjelang, saat dan setelah tanggal 17 Agustus. Rasanya perayaan HUT Kemerdekaan RI belum lengkap tanpa beragam kegiatan itu.

Jenis lomba dan pertandingannya disepakati antarwarga yang direpresentasikan dalam sebuah kepanitiaan. Dari balap karung, makan kerupuk, tangkap belut, lomba lari, lomba joget, sepeda hias, senam ibu-ibu, baris-berbaris, tangkap bebek, gebuk bantal dan beragam lainnya.

Dari semua aneka lomba dan pertandingan setiap "Agustusan", panjat pinang adalah lomba paling favorit. Permainan ini selain membutuhkan kerja keras dan kekompakan dari seluruh anggota tim juga mengundang perhatian massa sebagai "supporter".

Sorak-sorai dan tawa mewarnai lomba ini. Ada serius dan lucunya ketika para pemanjat berjuang menaiki pohon pinang yang licin karena dilumuri oli.

Baca juga: Harapan penjual pohon pinang Manggarai menjelang HUT RI

Perjuangan tidak ringan untuk mencapai puncak dan hal itu "pas" untuk menggambarkan makna betapa susahnya berjuang. Kalau mencapai puncak dan meraih bendera Merah Putih, beragam hadiah sudah menanti; dari makanan ringan, peralatan rumah tangga, kaos hingga sepeda.

Festival
Warga Jakarta Timur selama ini menyelenggarakan panjat pinang dengan cara yang unik. Yakni panjat pinang di atas aliran Kalimalang.

Ada juga lomba gebuk bantal di atas kali yang membentang dari timur Jakarta itu. Untuk lomba ini, pohon pinang direbahkan di atas kali kemudian pemainnya saling gebuk pakai bantal.

Kegiatan tahunan itu menjadi daya tarik tersendiri bagi warga. Apalagi dikemas dalam bentuk "Festival Kalimalang".

Setiap "Agustusan", panjat pinang melegenda, bukan saja di masyarakat Jakarta tetapi juga daerah lain. Panjat pinang melengkapi kenangan kegembiraan semua lapisan masyarakat.

Baca juga: Jelang HUT RI, perajin bambu di Manggarai beralih jual pohon pinang

Momentum itulah yang dimanfaatkan oleh sejumlah pedagang untuk menjual batang pohon pinang di Jalan Manggarai Utara 1, tepatnya di pertigaan Jalan Manggarai, Jakarta Selatan.

Salah satunya, Jawir (59). Dia mengaku, sudah 30 tahun menjadi perajin dan penjual batang pohon yang digunakan untuk lomba panjat pinang.

Setiap menjelang perayaan HUT Kemerdekaan RI, dia mengakui sering "kebanjiran" pesanan (order) pohon pinang. "Saya ngasah batang pinang dari tahun 1989. Ini kan usaha musiman, lumayan banyak peminat buat lomba," kata Jawir.

Setiap tahun, biasanya dia menjual 30 batang. Harga untuk sebatang pohon pun lumayan, yakni mulai dari Rp700 ribu hingga Rp2 juta.

Untuk harga tergantung nego sama ongkos kirim. Dia mengaku telah menerima pesanan 15 batang pinang sejak berjualan pada 7 Agustus 2020.

Tipis
Penjual batang lainnya mengatakan untuk satu batang pohon pinang dipatok dengan harga bervariasi. Namun jika konsumen minta diantar langsung ke alamat harganya mengalami kenaikan sesuai dengan lokasi tujuan.

Berbeda dengan Jawir, dia menjual batang pinang ukuran delapan meter yang khusus anak-anak harganya Rp500 ribu per batang. Ukuran 10 meter harganya Rp700 ribu belum termasuk ongkos kirim.

Biaya itu belum ongkos serut dan pengampelasan. Juga biaya untuk membuat variasi berupa lingkaran dari bambu untuk menggantung hadiah.

Baca juga: Warga Tanjabbar berlomba taklukan 37 pohon pinang

Namun Arifin (58), salah satu perajin bambu di Manggarai yang kini juga menjual batang pinang untuk lomba panjat pinang mengaku tahun ini tidak menggembirakan. Ekonomi masyarakat sebagai modal dasar gotong-royong untuk aneka perlombaan sedang lesu akibat wabah virus corona (COVID-19).

"Harapan tipis, sekarang ada COVID-19, tahun ini tidak taruh harapan tinggi," kata Arifin.

Bagi Arifin mengasah pohon pinang untuk panjat pinang sudah jadi pekerjaan musiman setiap bulan Agustus. Ia mengaku ada yang terasa hilang atau kurang jika tidak membuat dan menyediakan pohon pinang saat "Agustusan".

Hampir setiap tahun di bulan Agustus, Arifin dan sejumlah perajin bambu di kawasan tersebut menyediakan pohon pinang untuk panjat pinang. Hal itu sudah dimulai sejak tahun 1990.

Hanya ada tiga perajin bambu di Jalan Manggarai Utara 2 yang masih bertahan setiap tahun membuat dan menyediakan pohon pinang, yakni Arifin dan dua teman sejawatnya Kusnadi serta Iis.

Ketiganya berjualan di satu lokasi, hanya terpisah tempat satu dan lainnya dengan jarak sekitar 5 sampai 10 meter.
Perajin menyelesaikan pembuatan kerajinan pohon panjat pinang untuk lomba perayaan HUT kemerdekaan Republik Indonesia di Manggarai, Jakarta, Kamis (13/8/2020). Perajin tersebut mengaku belum satu pun pohon panjat pinang seharga Rp800.000 per batang tersebut laku terjual karena imbas pandemi COVID-19. ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/hp.

Sepi
Tahun ini, Arifin dan dua perajin bambu lainnya berkongsi untuk membeli pohon pinang dari wilayah Rangkasbitung, Banten.

"Biasanya kita pesan masing-masing, karena permintaan cukup banyak. Tahun ini kita urunan, patungan belilah," kata Arifin.

Satu pohon pinang yang sudah diserut dan diamplas serta diberi lingkaran yang berfungsi untuk menggantungkan hadiah dihargai Rp1 juta hingga Rp1,5 juta per batang. Harga tersebut belum termasuk ongkos pengiriman.

Baca juga: Jelang HUT RI, pedagang musiman batang pohon pinang ramai di Manggarai

Sebelum pandemi COVID-19, tujuh hari menjelang HUT Kemerdekaan RI, penjual pohon pinang biasanya sudah mendapatkan pesanan dari pembeli dengan jumlah bervariasi. Namun tahun ini hingga H-3, belum ada pesanan yang datang, baik dari pelanggan maupun pembeli dadakan.

Arifin mengaku sudah menyiapkan 10 pohon pinang siap jual dari 20 pohon pinang yang dipesan dari wilayah Rangkas Bitung, Banten.

"Tahun ini saya enggak banyak pesan, cuma pesan 20 batang dan baru saya bikin 10 batang yang siap dijual," kata Arifin.

Kesepuluh batang pohon pinang tersebut telah diserut dan diamplas kulit luarnya sehingga terlihat mulus untuk dipanjat.

Selain itu, pohon pinang tersebut juga sudah terpasang tempat untuk menggantung hadiah terbuat dari batang bambu yang dibuat melingkar dengan diameter 1,5 meter.

Ditiadakan
Namun harapan para penjual barang pinang itu tinggal harapan. Sejak awal mereka telah menyadari pesanan pohon pinang tahun ini sepi.

Hanya saja, sebagai perajin pohon pinang yang sudah ada di DKI Jakarta sejak 1990 tetap menyiapkan pohon itu dalam jumlah sedikit untuk mengantisipasi pesanan. Ternyata stok yang sedikit itupun tidak bakal dipesan karena adanya larangan menyelenggarakan aneka perlombaan.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meniadakan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (Car Free Day/CFD) dan kegiatan perayaan Hari Kemerdekaan RI pada 17 Agustus 2020 (17-an) di Ibu Kota. Hal itu terkait perpanjangan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) transisi fase I untuk keempat kalinya.

"Seluruh aktivitas sosial bersama yang menyebabkan kerumunan itu akan ditunda," kata Anies dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (13/8).

CFD diputuskan ditiadakan karena kegiatan olah raga di jalanan itu setiap akhir pekan berpotensi menciptakan kerumunan yang meningkatkan risiko penularan COVID-19.

Kemudian untuk perayaan "Agustusan", Anies menekankan bahwa yang tidak diperbolehkan adalah lomba-lomba yang biasanya dilakukan saat perayaan HUT Kemerdekaan RI.

Dialihkan
Namun kegiatan menghias kampung, rumah maupun kantor bisa tetap diizinkan, justru menjadi imbauan. Bahkan jika ingin melaksanakan upacara pun diperbolehkan dengan jumlah yang terbatas.

Karena lomba-lomba inilah yang menyebabkan kerumunan tanpa terkendali. Sedangkan upacara relatif bisa dikendalikan karena jarak antarorang bisa diatur hingga tata caranya.

Kebijakan itu menyebabkan harapan para penjual batang pinang kandas. Mereka pun harus mencari solusi agar batang pinang yang sudah terlanjur dipesan dan diolah tidak mubazir.
Ilustrasi - Lomba panjat pinang. (ANTARA FOTO/ADENG BUSTOMI)

Solusi yang masih memungkinkan antara lain mengalihkan penjualan ke daerah lain yang tidak ada PSBB. Bisa juga ditawarkan ke perusahaan properti atau perorangan yang sedang membangun bangunan bertingkat sebagai penyangga coran.

Orang-orang yang menekuni bisnis batang pinang umumnya adalah penjual bambu yang aktivitas perdagangannya ikut terdampak wabah virus corona. Selayaknya mereka yang termasuk usaha skala kecil itu juga tersentuh upaya pemerintah memulihkan perekonomian.

Agar perekonomian keluarga mereka yang sudah terimpa wabah tidak semakin terjerembab akibat tidak terjualnya batang-batang pinang.

Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2020