Jadi selama sebagian dunia masih berjuang untuk menangani virus, kita tidak dapat mengharapkan ekonomi global bisa pulih sepenuhnya,
Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan koridor perjalanan antarnegara (travel bubble) merupakan kunci untuk mengaktifkan kembali ekonomi pascapandemi COVID-19.

“Banyak negara harus mengeksplorasi pengaturan ini dengan melonggarkan aturan pembatasan pergerakan dan secara bertahap membuka kembali perbatasan mereka, tetapi dengan tetap mengutamakan protokol kesehatan,” ujar Retno dalam seminar daring yang diselenggarakan surat kabar The Jakarta Post, Kamis.

Langkah ini telah ditempuh Indonesia melalui kesepakatan travel corridor dengan Uni Emirat Arab (UAE) untuk memfasilitasi perjalanan bisnis yang penting serta kunjungan dinas dan diplomatik, selama pandemi COVID-19.

Melalui kesepakatan yang dicapai dua negara pekan lalu, Indonesia dan UAE berharap dapat mempromosikan kerja sama bilateral dan ekonomi yang saling menguntungkan dalam memitigasi dampak pandemi.

Baca juga: Pemerintah masih negosiasi buka akses wisata "travel bubble"

Selain dengan UAE, Indonesia juga tengah membahas pengaturan koridor perjalanan di dalam ASEAN, serta secara bilateral dengan Singapura yang pembahasannya masih pada tahap awal.

“Dalam hal ini, travel bubble tidak boleh dilihat sebagai beban, tetapi sebagai jalan menuju kenormalan baru dan pemulihan ekonomi, tanpa mengorbankan pertimbangan kesehatan,” kata Retno.

Selain koridor perjalanan, Retno juga mengemukakan pentingnya setiap negara untuk menjaga pasarnya tetap terbuka bagi perdagangan dan investasi.

Menurut dia, negara-negara harus mengatasi hambatan nontarif, menahan diri untuk memberlakukan hambatan baru dan tidak penting yang dapat menghambat kelancaran pergerakan barang dan jasa.

“Dan Indonesia telah secara konsisten menyampaikan pesan ini pada bulan-bulan awal pandemi,” tutur Retno.

Poin terakhir yang perlu diupayakan selama pandemi adalah integrasi ekonomi, salah satunya melalui penandatanganan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang ditargetkan oleh anggota ASEAN dan enam negara mitranya pada November tahun ini.

Bagi Indonesia, penandatanganan RCEP akan memperkuat integrasi ekonomi antaranggotanya dan membantu kelancaran kegiatan ekonomi di kawasan.

Menlu Retno juga menggarisbawahi bahwa krisis yang dihadapi dunia saat ini adalah kesehatan, sehingga upaya untuk mendorong pemulihan ekonomi harus berjalan beriringan dengan respons terhadap pandemi COVID-19.

“Jadi selama sebagian dunia masih berjuang untuk menangani virus, kita tidak dapat mengharapkan ekonomi global bisa pulih sepenuhnya,” kata dia.

Pemulihan ekonomi pascapandemi telah menjadi tantangan baru bagi setiap negara, di tengah upaya penanganan virus corona yang masih mengancam kesehatan masyarakat dunia.

Bulan lalu, Dana Moneter Internasional menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2020 menjadi -4,9 persen akibat COVID-19, yang disebut sebagai krisis ekonomi terburuk sejak masa Depresi Besar.

Menurut proyeksi terbaru Bank Dunia, pandemi itu akan mendorong antara 71-100 juta orang menuju kemiskinan ekstrem.

Sementara Program Pangan Dunia memperkirakan ada 270 juta orang kelaparan sebelum akhir tahun 2020, atau meningkat 82 persen dibandingkan sebelum terjadi pandemi.

Baca juga: Industri pariwisata ASEAN sepakat untuk mengembangkan "travel bubble"
Baca juga: Indonesia berencana buka koridor pariwisata dengan empat negara


Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020