Jakarta (ANTARA) - Pembicaraan dan diskusi seputar kesehatan mental terus bergulir. Seiring perkembangan teknologi, semakin banyak pilihan untuk melakukan terapi maupun konsultasi. Terlebih, dengan adanya pandemi COVID-19 yang seakan memaksa untuk meminimalisir tatap muka dan melakukan kegiatan secara daring.

Namun, seberapa efektif melakukan konsultasi dan terapi kesehatan mental secara daring atau melalui pesan teks saja?

Dikutip dari Indian Express, Senin, sebuah studi baru telah menemukan bahwa "intervensi berbasis pesan teks" (text-messaging-based intervention) dapat terbukti menjadi alat yang aman, menjanjikan secara klinis, dan layak untuk merawat orang dengan penyakit mental yang serius.

Menurut Science Daily, sementara layanan berbasis klinik mungkin tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien secara memadai karena berbagai alasan termasuk jam yang terbatas, kesulitan mengakses perawatan dan biaya. Tim peneliti baru-baru ini menyelidiki dampak pesan teks sebagai 'tambahan' program perawatan kesehatan mental.

Baca juga: Yuk atasi kecemasan di fase normal baru dengan "mindfulness"

Baca juga: Satu dari tiga perempuan alami kesepian saat "lockdown"


Telah ditemukan bahwa 91 persen peserta menemukan pesan teks dapat diterima, 94 persen mengatakan itu membuat mereka merasa lebih baik, dan 87 persen mengatakan mereka akan merekomendasikannya kepada teman. Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Psychiatric Services.

"Studi ini sangat menarik karena kami melihat peningkatan nyata pada mereka yang memanfaatkan layanan berbasis pesan teks di atas perawatan normal. Ini berlaku untuk individu dengan beberapa bentuk penyakit mental yang paling serius," kata William J Hudenko, asisten profesor riset di Departemen Ilmu Psikologi dan Otak di Dartmouth dan asisten profesor psikologi klinis di Dartmouth's Geisel School of Medicine.

"Hasilnya menjanjikan, dan kami mengantisipasi bahwa orang-orang dengan psikopatologi yang tak terlalu parah bahkan dapat melakukan yang lebih baik dengan jenis intervensi atau layanan seluler ini," ujarnya menambahkan.

Selama pandemi, banyak hal yang berubah. Ini juga menyebabkan banyak stres dan memperparah masalah kesehatan mental tertentu. Adanya lockdown pun mungkin tidak mudah bagi pasien untuk menjadwalkan sesi tatap muka dengan terapis mereka. Hal ini menggugah para peneliti studi mengatakan mereka dapat menggunakan pesan teks untuk menjembatani kesenjangan.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, tim peneliti memeriksa dampak pesan teks sebagai tambahan pada program perawatan. Itu adalah program perawatan komunitas yang tegas, di mana mereka dengan penyakit mental yang serius dibantu oleh tim yang ditunjuk dengan keterampilan terkait.

Layanan ini dilakukan oleh tenaga kesehatan mental berlisensi, yang telah menerima program pelatihan tentang cara terlibat secara efektif dengan peserta.

Baca juga: Menulis, cara Emma Stone menjaga kesehatan mental

Baca juga: Pandemi virus corona bagi mereka dengan "anxietas" dan OCD

Baca juga: Aplikasi ini deteksi kesehatan mental lewat kebiasaan pakai ponsel

Penerjemah: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020