tantangan perkembangan koperasi saat ini adalah melibatkan generasi milenial dengan paradigma positif serta selalu mengampanyekan bahwa berkoperasi keren dan kekinian, agar koperasi diminati oleh generasi muda.
Jakarta (ANTARA) - Upaya untuk memodernisasi koperasi memerlukan peran aktif generasi milenial yang akrab dengan perkembangan teknologi agar koperasi semakin berkembang di masa normal baru, kata Ketua Asosiasi Koperasi Simpan Pinjam Indonesia (Askopindo) Sahala Panggabean, Kamis.

Ia menyebutkan tantangan perkembangan koperasi saat ini adalah melibatkan generasi milenial dengan paradigma positif serta selalu mengampanyekan bahwa berkoperasi keren dan kekinian, agar koperasi diminati oleh generasi muda.

"Koperasi pun dapat mendatangkan para ahli ekonomi kreatif dan ekonomi digital sebagai think tank (wadah pemikir) untuk memajukan koperasi, juga merekrut milenial sebagai regenerasi, serta tidak melupakan ciri utama kegiatan koperasi dengan prinsip kekeluargaan," kata Sahala Panggabean.

Baca juga: Teten Masduki serukan pengembangan koperasi sektor riil

Menurut dia, tantangan ini harus serius ditransformasi dalam momentum 73 tahun Koperasi Indonesia dan 75 tahun Indonesia Merdeka.

Ia menambahkan, selain itu sangat perlu  pengawasan dan pengendalian, karena saat ini banyak koperasi yang kurang terpuji dalam hal manajemen.

“Pemerintah diharapkan segera melaksanakan pengawasan yang ketat pada koperasi. Baik pengawasan dalam pengurusan, maupun secara eksternal karena semakin ketat pengawasan semakin baik koperasi ke depan," ujar Sahala.

Baca juga: Tiga fase diterapkan untuk pulihkan sektor koperasi di tengah pandemi

Deputi Bidang Sumber Daya Manusia (SDM) Kementerian Koperasi dan UKM Arif Rahman Hakim menegaskan pentingnya peran generasi milenial untuk memodernisasi koperasi.

“Kami melihat banyak pengurus koperasi saat ini masih kurang melibatkan generasi muda, tentu menjadi tantangan bagaimana koperasi harus memiliki daya tarik bagi generasi muda," ujar Arif Rahman Hakim.

Menanggapi itu, Praktisi Koperasi Milenial, Frans Meroga menyoroti bonus demografi di mana 40 persen komposisi masyarakat Indonesia adalah generasi milenial.

“Ini yang harus kita akomodir, bagaimana kita harus peka atau responsif terhadap prefensi dan karakter milenial. Mereka menyukai kumpul atau guyup dan mereka gemar untuk ‘sharing economy’, serta mereka menjunjung tinggi nilai egaliter ataupun kesetaraan," ujarnya.

Baca juga: Presiden minta dana bergulir Rp1 triliun segera dikucurkan ke koperasi

Dan ini sangat erat kaitannya dengan koperasi dengan Rapat Anggota sebagai pemegang kekuasaan tertinggi sejalan dengan karakter milenial yang senang kumpul hingga dapat tersalurkan secara positif.

“Lalu karakter ekonomi berbagi yang tren dalam generasi milenial dapat terakomodir dengan adanya pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU)," kata Wakil Ketua Koperasi Simpan Pinjam Nasari ini.

Hal yang terakhir kata dia, generasi milenial yang sangat menjunjung tinggi kesetaraan sudah otomatis sejalan dengan jati diri koperasi yang menganut “one man one vote, dan bukan “one share one vote” seperti pada perseroan.

“Jadi sangat jelas bahwa koperasi adalah badan usaha paling cocok dengan generasi milenial," kata Frans.

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020