Jakarta (ANTARA) - Satu kawasan permukiman di Beijing ditutup total (lockdown) dan 7.000 keluarga diwajibkan melakukan tes asam nukleat mulai Selasa sore.

Kebijakan tersebut diambil Pemerintah Kota Beijing setelah mendapati satu kasus kiriman dari Dalian, Ibu Kota Provinsi Liaoning, yang kini menjadi klaster baru COVID-19 di China. Padahal dalam 21 hari terakhir, Beijing nihil dari kasus tersebut.

Satu pasien dinyatakan positif setelah tiba di Beijing dengan menggunakan kendaraan pribadi dari Dalian pada Minggu (19/7) dan tinggal di rumah anak perempuannya di kawasan permukiman di Jalan Tiantongyuan Xi No 3 pada Senin (20/7) hingga Kamis (23/7).

Perempuan tersebut dalam observasi medis pada Jumat (24/7) setelah melakukan kontak dekat dengan sejumlah pasien COVID-19 di Jinzhao, kota lain di Provinsi Liaoning, demikian pernyataan Deputi Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Kota Beijing, Pang Xinghuo, kepada pers, Selasa.

Di kawasan permukiman yang secara admininstratif berada di Distrik Changping, pinggiran Kota Beijing, itu terdapat 30 unit rumah tinggal.

Selain menjalani tes, seluruh warga permukiman tersebut dikarantina di dalam rumah dan mendapatkan makanan serta kebutuhan lainnya dari aparat lingkungan dan tenaga sukarelawan.

Sejak mendapati kasus baru di Pasar Induk Xinfadi pada pertengahan hingga akhir Juni, Beijing tidak menerima kasus baru lagi dalam tempo 21 hari.

Sebelumnya Pemerintah Kota Dalian menutup pasar ikan terbesarnya setelah ada kasus baru yang berasal dari salah satu perusahaan pengolahan ikan.

Sebelum Dalian, klaster baru juga terdapat di Urumqi, Ibu Kota Daerah Otonomi Xinjiang.

Sampai saat ini di China terdapat 83.959 kasus, termasuk 68 kasus baru, dengan total kematian 4.634 orang.

Baca juga: China laporkan 19 kasus baru COVID-19, tujuh di Beijing
Baca juga: Kasus virus corona China mereda, tak ada kasus baru di Beijing
Baca juga: Beijing kembali turunkan status siaga COVID-19
 

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020