Masa ini menjalani kehidupan yang masih sangat memerlukan ketangguhan
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum Kongres Wanita Indonesia (Kowani) Giwo Rubianto Wiyogo mengajak para tokoh agama dan tokoh masyarakat yang memiliki peran strategis untuk membantu pemerintah dalam menyikapi pandemi ini dengan nalar, bijak dan empati dalam menghadapi era adaptasi kebiasaan baru.

"Adaptasi kebiasaan baru adalah sebuah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal, namun ditambah dengan kegiatan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran COVID-19," ujar Giwo dalam webinar "Kesiapan Menghadapi Era New Normal dari Perspektif Lintas Agama" di Jakarta, Sabtu.

Perubahan perilaku yang dimaksud meliputi perubahan perilaku secara individu dengan meningkatkan kebersihan diri dan menjalankan protokol kesehatan yang berlaku.

Dia mengatakan era adaptasi kebiasaan baru merupakan suatu realita, yang harus kita hadapi, dengan jiwa kuat, fisik sehat, dan kematangan emosi yang mantap.

Baca juga: Kowani: Pandemi momentum penerapan kesetaraan gender

Baca juga: Kowani minta adanya standar pembelajaran daring


"Dalam agama kita diajarkan menjaga keseimbangan antara harapan dan rasa “takut”. Harapan akan selalu ada jalan dan kekuatan dari Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa, sehingga tumbuh optimisme, dan diimbangi rasa “takut” jika melanggar sunnatullah atau melanggar ketetapan aturan Nya," ujarnya.

Oleh karena itu, menjadi sangat penting menjaga keseimbangan antara optimisme, semangat sehingga terus berbuat, berkarya, mencari solusi atas masalah yang sedang dihadapi bangsa ini, sekaligus berusaha hati-hati untuk tidak abai dengan protokol kesehatan, terang dia.

Dia menambahkan pandemi COVID-19 memiliki dampak pada semua aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu, pemerintah telah menetapkan adaptasi kebiasaan baru sebagai era transisi yang mana mulai dibuka kembali fungsi kehidupan sosial dan ekonomi.

"Masa ini merupakan masa menjalani kehidupan yang masih sangat memerlukan ketangguhan rohani dan jasmani, antara iman dan imunitas tubuh," kata Giwo dalam webinar yang dihadiri Menteri Agama Fachrul Razi tersebut.

Terlebih lagi, kata dia, di tengah kemajuan teknologi informasi seperti sekarang, penyebaran arus informasi di tengah masyarakat begitu cepat. Namun, tidak jarang informasi yang disampaikan justru tidak tepat dan bisa meningkatkan kekhawatiran masyarakat, berpotensi munculnya perpecahan sosial maupun politik yang menguat.

"Dalam hal inilah, peran tokoh agama dan masyarakat sangat penting," imbuh dia.

Baca juga: Kowani berikan pelatihan pada perempuan untuk bangkit saat pandemi

Baca juga: Kowani ajak organisasi perempuan terlibat dalam penanganan COVID-19

Pewarta: Indriani
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020