Jakarta (ANTARA) - Warga Jakarta yang wilayah geografisnya tidak memungkinkan untuk menyaksikan fenomena gerhana matahari sebagian masih bisa tetap melihat kejadian astronomi tersebut secara daring melalui sosial media ataupun laman resmi institusi bersangkutan.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyiarkan proses terjadinya gerhana matahari parsial yang bisa disaksikan di beberapa wilayah Indonesia melalui laman resminya di www.bmkg.go.id/GMC.

BMKG akan melakukan pengamatan gerhana matahari sebagian bersama UIN Walisongo Semarang di Masjid Agung Jawa Tengah.

Baca juga: Kemenag imbau masyarakat shalat gerhana minta COVID-19 segera berakhir

Fase awal gerhana akan terjadi pukul 15.09.12 WIB, fase tengah pada 15.17.41 WIB, dan akhir gerhana pada 15.26.21 WIB. Durasi gerhana tersebut berlangsung selama 17 menit 9 detik.

Selain BMKG, institusi lain yang menyediakan siaran langsung proses gerhana matahari, yaitu Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) melalui akun media sosial Instagram @lapanpontianak atau akun media sosial YouTube BPPA Pontianak.

Peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Rhorom Priyatikanto mengatakan Indonesia hanya bisa menyaksikan gerhana matahari sebagian, saat sejumlah negara lain bisa menyaksikan gerhana matahari cincin.

"Akan terjadi gerhana matahari cincin tanggal 21 Juni 2020, tapi tak terlihat dari wilayah Indonesia. Indonesia hanya bisa menyaksikan gerhana matahari sebagian dari wilayah utara Indonesia," kata Rhorom.

Baca juga: Peneliti Lapan: Indonesia saksikan gerhana matahari cincin 2031

Gerhana matahari cincin yang akan terjadi pada 21 Juni 2020 bisa disaksikan di negara Arab Saudi, Pakistan, India, Tiongkok, dan Taiwan.

Rhorom mengatakan gerhana matahari sebagian di Indonesia bisa diamati sekitar pukul 15.00 WIB. Di Sumatera, gerhana berlangsung pukul 14.30-15.30 WIB, sedangkan di Sulawesi, gerhana berlangsung sekitar 30 menit setelahnya.

Gerhana matahari cincin terjadi ketika piringan matahari tertutup piringan bulan dan tersisa bagian tepi yang tak tertutup. Hal itu terjadi karena posisi pengamat, bulan, dan matahari hampir segaris. Saat itu, bulan sedikit lebih jauh dari bumi, sehingga tampak lebih kecil dan tak bisa menutupi seluruh piringan matahari.

Untuk melihat gerhana matahari diwajibkan menggunakan filter khusus yang dapat menapis 99,999 persen cahaya matahari yang membahayakan mata. Kacamata las juga dapat dipakai untuk mengamati gerhana matahari.

"Yang paling aman adalah melihatnya dari layar HP (handphone) atau komputer dengan cara mencari pengamat yang melakukan video streaming, melalui YouTube misalnya," tutur Rhorom.

Baca juga: 13 daerah di Jateng bisa nikmati gerhana matahari cincin

Baca juga: Gerhana matahari cincin terjadi 21 Juni 2020 di Sumbar, sebut BMKG

Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020