Hari ini kami masih menyimpan hasil tracing (penelusuran) kami sebanyak 250 orang yang harus kita RDT (rapid test diagnostic) karena dia kontak erat dengan orang konfirmasi positif COVID-19
Bantul (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyebutkan sebanyak 250 orang perlu menjalani "rapid diagnostic test" COVID-19 karena dari hasil penelusuran instansi ini memiliki riwayat kontak erat dengan pasien positif terpapar virus corona jenis baru itu.

"Hari ini kami masih menyimpan hasil tracing (penelusuran) kami sebanyak 250 orang yang harus kita RDT (rapid test diagnostic) karena dia kontak erat dengan orang konfirmasi positif COVID-19," kata Kepala Dinas Kesehatan Bantul Agus Budi Raharja di Bantul, Rabu.

Ia tidak menjelaskan secara gamblang terkait riwayat kontak terhadap ratusan orang tersebut, namun hanya menyampaikan kalau penularan di Bantul terbesar berasal dari jamaah dan jemaat pada kegiatan keagamaan yang kemudian berkembang menjadi klaster penyebaran virus corona.

Selain dua klaster tersebut, belum lama ini terdapat klaster baru yang berkembang dan menjadi klaster paling besar penularan COVID-19 yang telah tersebar di wilayah kabupaten/kota di DIY, yaitu klaster Indogrosir yang ada di Sinduadi, Mlati, Kabupaten Sleman.

"Namun saya belum bisa mendata berapa ratus orang yang harus kita rapid test dari klaster Indogrosir atau mereka yang kontak erat dengan pasien positif di Indogrosir, karena penelusuran juga baru kita lakukan," katanya.

"Jadi cukup banyak 'simpanan-simpanan' ataupun imbauan-imbauan kita yang kemudian harus kita lakukan tracing dan kita rapid test karena belum tegas apakah konfirmasi positif atau tidak," katanya.

Agus juga mengatakan, berdasarkan informasi yang diterima dari bidang pendataan pemudik, ada sekitar 5.000 orang yang sudah datang ke Bantul dari luar daerah dan juga termasuk dari daerah episentrum COVID-19. Namun itu belum termasuk yang tidak tercatat yang dimungkinkan juga banyak angkanya.

"Dan ini ada di semua kecamatan, tidak ada kecamatan di Bantul yang kosong dari pendatang, dengan demikian pendatang itu tentu akan berkerumun, terjadi kerumunan kemudian penularan itu tidak bisa kita hindari apabila memang mereka ternyata membawa virus COVID-19," demikian Agus Budi Raharja.

Baca juga: Dinkes: 80 persen pasien positif COVID-19 di Bantul tidak bergejala

Baca juga: Gugus Tugas: Bantul sudah habiskan 2.800 alat "rapid test" COVID-19

Baca juga: Pasien positif "rapid test" bisa dirawat di RSLK COVID-19 Bantul-DIY

Baca juga: Bantul siapkan rumah isolasi warga yang mudik dari luar daerah

Pewarta: Hery Sidik
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020