Koba, Bangka Tengah (ANTARA News) - Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Bangka Belitung (Babel) menggandeng Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk meneliti pembudidayaan jamur pelawan.

"Penelitian jamur pelawan sudah mulai berjalan sejak Januari 2009 yang dilaksanakan oleh tim peneliti dari IPB," ujar Kepala Bidang SDM dan Pengembangan Disbunhut Bangka Tengah, Dian Akbarini, di Koba, Rabu.

Ia mengatakan, penelitian terhadap jamur pelawan bertujuan untuk membudidayakan jamur jenis ini agar dapat menjadi salah satu sektor perkebunan unggulan di Bangka Tengah dan menjadi salah satu mata pencaharian masyarakat di daerah itu.

"Jamur pelawan memiliki nilai jual yang sangat tinggi dan dapat mencapai Rp700 ribu per kilogram, sehingga hasil penelitian jamur pelawan untuk mendapatkan mekanisme pembudidayaan tentu akan mengangkat sendi perekonomian masyarakat," katanya.

Menurut dia, salah satu alasan untuk mengadakan penelitian jamur pelawan karena berdasarkan informasi yang beredar di masyarakat kemunculan jamur pelawan hanya terjadi setahun sekali.

"Jamur pelawan ini munculnya musiman. Menurut cerita, jamur pelawan ini hanya tumbuh bila ada hujan disertai petir sehingga melalui penelitian ini diharapkan jamur pelawan ini dapat dibudidayakan secara ilmiah," katanya.

Menurut masyarakat, jamur pelawan hanya akan muncul menjelang bulan suci ramadhan dan jamur pelawan ini hanya tumbuh di sekitar akar pohon pelawan.

"Jamur pelawan ini bukan jamur biasa seperti jamur kuping dan jamur lainnya karena menurut informasi masyarakat kemunculan jamur pelawan ini hanya terjadi pada saat menjelang bulan suci ramadhan," katanya.

Sementara itu, Yanti, warga Koba, mengatakan, selain harganya mahal, jamur pelawan memiliki keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan jamur yang lainnya.

"Memasak jamur pelawan harus dilakukan dengan teliti seperti dicuci sebersih mungkin dan harus di rebus terlebih dahulu dalam waktu yang lama sampai daging jamur matang dan lembut karena bila mengkonsumsi jamur dalam kondisi masih mentah akan membuat pusing seperti orang mabuk," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009