Ini artinya kita tahu akan melambat secara global, tapi kita enggak tahu persisnya seperti apa karena ini penuh ketidakpastian
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Febrio Nathan Kacaribu menyebutkan bahwa perekonomian global belum menunjukkan adanya perbaikan akibat penyebaran wabah Virus Corona baru atau COVID-19 masih mengkhawatirkan.

Febrio menyatakan wabah COVID-19 terus meningkat di beberapa negara seperti Amerika Serikat (AS), Italia, dan Spanyol, sehingga waktu pemulihan dari ekonomi global belum dapat diprediksikan.

“Ini belum menunjukkan tanda perbaikan, justru kita cukup khawatir dengan perkembangannya di seluruh dunia. Ekonomi dunia diprediksi akan melambat sangat signifikan juga dengan banyak ketidakpastian,” katanya dalam diskusi publik secara daring di Jakarta, Senin.

Febrio menuturkan meski di beberapa negara sudah berhasil mulai mengalami penurunan kasus COVID-19 dan menunjukkan perbaikan dari sisi ekonomi, namun risiko dan pola ke depan terkait wabah ini belum diketahui secara pasti.

“Beberapa negara sudah berhasil memperlambat walaupun tetap saja ada risiko kita tidak tahu apakah ada second wave atau tidak. Kami belum bisa melihat polanya apakah menuju suatu pola tertentu atau tidak,” ujarnya.

Febrio melanjutkan ketidakpastian itu juga dibuktikan dengan adanya hasil dari proyeksi oleh beberapa lembaga keuangan yang menunjukkan angka sangat berbeda.

JP Morgan memprediksi ekonomi dunia terkontraksi 1,1 persen, prediksi EIU ekonomi dunia minus 2,2 persen, prediksi Fitch yang terkontraksi 1,9 persen, serta IMF memprediksi ekonomi dunia terkontraksi hingga 3 persen pada 2020.

Baca juga: Bank Dunia rekomendasikan 6 langkah atasi dampak ekonomi akibat Corona

“Ini artinya kita tahu akan melambat secara global, tapi kita enggak tahu persisnya seperti apa karena ini penuh ketidakpastian,” ujarnya.

Febrio menuturkan untuk Indonesia sendiri dalam dua minggu terakhir pertambahan kasus COVID-19 sudah mulai konstan dan tidak eksponensial, namun belum tentu menunjukkan akan ada perbaikan dalam perekonomian.

“Pemerintah menggunakan satu angka sebagai acuan yaitu untuk 2020 adalah di 2,3 persen tapi ini dipenuhi oleh ketidakpastian,” katanya.

Ia menegaskan keadaan pada 2021 mendatang akan sangat tergantung pada penanganan dan upaya dalam menjaga perekonomian Indonesia saat 2020.

“Indonesia memang melihatnya pada 2021 kita akan rebound tapi kita juga tidak tahu proses reboundnya seperti apa, karena semua tergantung pada apa yang akan terjadi saat 2020,” tegasnya.

Oleh sebab itu Febrio berharap melalui kebijakan yang telah diambil pemerintah akan mampu menahan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak lebih rendah dari 2,3 persen.

“Terutama untuk kuartal II-2020 kalau nanti benar-benar menjadi puncaknya, harapannya Kuartal II tidak terlalu dalam, sehingga kita masih punya masa recovery yang lebih cepat,” katanya.

Baca juga: Sri Mulyani: Tanggung jawab Kepala BKF berat di tengah wabah COVID-19




 

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020