Imbauan dokter Fahmi benar-benar menghujam dan meluluhkan hati kita
Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia Anwar Abbas mengapresiasi unggahan dokter spesialis paru Rumah Sakit Persahabatan Mohamad Fahmi Alatas yang mengajak masyarakat, terutama umat Islam, melakukan jaga jarak fisik dengan tidak berkerumun guna mencegah penularan COVID-19. 

"Imbauan dokter Fahmi benar-benar menghujam dan meluluhkan hati kita," kata Buya Anwar kepada wartawan di Jakarta, Senin.

Dia mengatakan dokter Rumah Sakit (RS) Persahabatan itu telah mengingatkan masyarakat untuk mengurangi kegiatan berkerumun sementara sehingga bisa mengurangi beban pelayanan tenaga medis, terutama dari dokter spesialis paru yang terbatas jumlahnya.

Baca juga: Wapres minta MUI rilis fatwa tangani jenazah COVID-19 dan cara shalat

Keterbatasan tenaga medis, kata dia, bisa menjadi bom waktu jika jumlah penderita COVID-19 melonjak seketika sementara ahli kesehatan jumlahnya tidak akan bertambah dan cenderung kurang.

"Maka bantu mereka dengan tidak menghadiri tempat-tempat keramaian bagi memutus mata rantai penularan virus corona tersebut," kata Anwar merujuk virus SARS-CoV-2.

Dokter Fahmi melalui media sosial Youtube mengingatkan masyarakat untuk dapat membatasi diri agar dapat melakukan jaga jarak fisik dari orang lain untuk memutus penularan COVID-19.

Dia mengajak terutama umat Islam untuk memilih shalat wajib sendiri sementara waktu guna menghindari COVID-19 menular. Karena teramat sulit menjaga jarak satu dengan yang lainnya sejauh satu meter saat shalat berjamaah.

"Virus ini tersebar dengan jarak dekat. Perlu satu meter untuk memutus penualaran, perlu pembatasan berkumpul. Tidak mungkin shalat berjarak satu meter," kata dia.

Fahmi mengatakan sebagai tenaga medis melihat langsung penularan COVID-19 sangat cepat dan cara mencegahnya adalah dengan menjaga jarak satu sama lain hingga masa inkubasi SARS-CoV-2 lewat selama dua pekan.

Baca juga: Kemarin COVID-19 menyebar di 20 provinsi, MUI ajak umat patuhi ahli

"Kami harapkan Anda, ulama, pendidik, mendidik jamaah untuk dua pekan saja bantu kami memutus tali rantai penularan ini. Dokter di Indonesia tidak sampai 100 ribu orang, sementara penduduk kita 270 juta orang. Di Jakarta hanya ada 200 orang dokter paru dengan masyarakatnya 10 juta orang," katanya.

Menurut dia, jika terjadi lonjakan pasien COVID-19 yang tidak seimbang dengan tenaga medis maka tentu akan banyak berjatuhan korban dari virus yang bisa memicu pneumonia dan dampak negatif lainnya.

Dia mengatakan tenaga medis yang menangani COVID-19 juga sudah banyak yang kalah karena tertular, kelelahan dan sebab lain.

"Kalau kita tidak bisa membatasi perkumpulan-perkumpulan maka penyebaran akan terus berlanjut. Betapa saudara-saudara kita dokter, perawat yang 24 jam tanpa menyebut lelah, terkadang lupa memperhatikan diri sendiri," katanya.

"Jika jumlah penderita COVID-19 meningkat, kita bisa mengorbankan teman-teman kita di front terdepan pasien secara langsung tumbang satu per satu," kata dia.

Baca juga: MUI ajak umat patuhi Ilmuwan dan jangan menyepelekan
Baca juga: MUI: Isra Miraj bekal perangi COVID-19

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2020