Jakarta (ANTARA News) - Sutradara film dan video klip Jay Subyakto mengaku dirinya tidak suka bila ditanya soal teknis fotografi dari hasil karya fotonya.

"Saya paling sebal kalau ditanya soal teknis foto, ini kurang fokus, ini komposisinya kurang. Fotografi itu kesenangan," kata Jay dalam acara diskusi bertema "Kekuatan Visual Dalam Gerakan Moral" pada Pekan Film Dokumenter Tibet di Galeri Foto Jurnalistik ANTARA di Jakarta, Selasa malam.

Pria yang belajar fotografi secara otodidak sejak 1980 ini mengatakan bila fotografi dilihat terlalu teknis malah terbelenggu ke alat fotografinya.

"Kita lebih menggunakan rasa dibandingkan teknis. Fotografi itu sangat personal, tanpa beban, tanpa mikir," jelasnnya.

Pria yang pernah belajar arsitektur di Universitas Indonesia tersebut menilai foto yang dibuat oleh orang yang punya pengalaman dengan obyek fotonya akan lebih bermakna karena dibuat dengan menggunakan mata batinnya.

Dari pengalaman masa kecilnya melihat Kompetisi Salon Foto Indonesia yang digelar tiap tahun sejak 1979, Jay melihat semua foto yang ikut kompetisi foto tersebut sama.

"Semua foto sama, bicara soal ketajaman, angle dan komposisi. Foto harus ada orangnya, bahkan ada foto yang diarahkan. Saya tidak suka foto seperti itu," kata Jay.

Pria yang lahir di Ankara, Turki tahun 1960 itu merasa fotografi adalah alat untuk membagi pengalaman tentang apa yang dilihat kepada orang lain.

"Fotografi menjadi paspor saya untuk kemana-mana, termasuk bisa mendapatkan uang dari hobi saya ini," tambahnya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009