Oleh Gusti NC Aryani


Jakarta (ANTARA News) - "Jika ingin mengetahui Islam (yang moderen), demokrasi dan pengakuan atas peran wanita, maka datanglah ke Indonesia."

Sebaris kalimat pujian yang memperoleh sambutan hangat dari sedikitnya 60-an orang tamu undangan itu menjadi inti  pidato Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton dalam acara jamuan santap malam bersama para tokoh masyarakat Indonesia di Gedung Arsip Nasional, Jakarta, Rabu malam.

Sebetulnya bukan hal yang aneh jika mantan Ibu Negara AS itu menggarisbawahi peran perempuan, karena ia memang dikenal sebagai salah satu tokoh yang gencar mendorong pengakuan terhadap hak-hak kaum perempuan.

Namun, pujiannya atas keberhasilan Indonesia menggabungkan pengakuan atas hak-hak kaum perempuan dengan Islam dan demokrasi bukanlah hal yang tanpa dasar.

Menurut ibu satu anak itu, dalam 10 tahun terakhir Indonesia sebagai negara Muslim terbesar telah terbukti mampu menunjukkan pada dunia internasional bahwa demokrasi dan Islam dapat berjalan seiring sejalan.

Dan sikap itu sejalan dengan AS. "Amerika mendukung Islam dan demokrasi agar tidak hanya saling eksis, namun juga bisa saling berjalan bersama," katanya.

Ia juga mengatakan bahwa Obama telah mengatakan maupun menulis sendiri tentang pentingnya dirinya menjalani masa kanak-kanak di Indonesia.

"Hal itu memberikan pemahaman bagi beliau, tidak hanya mengenai budaya yang berbeda-beda dan bersemangat, tetapi juga mengenai kemampuan masyarakat dengan latar belakang berbeda-beda dapat hidup berdampingan secara harmonis," ujarnya.

Sekalipun berbicara tentang keselarasan antara demokrasi, Islam dan pengakuan hak-hak perempuan, Hillary tidak lupa membahas agenda utama lawatannya yaitu kerjasama di bidang perlindungan lingkungan, perubahan iklim, perdagangan, investasi, pemajuan demokrasi, kesehatan, pendidikan, keamanan kawasan dan kontra-terorisme.

Ia menyebutkan bagaimana upaya perlindungan hutan dan terumbu karang di Indonesia memberikan pengaruh sangat besar bagi kelangsungan dunia.

Dalam acara santap malam yang berlangsung lebih kurang 1,5 jam itu, ia juga memuji Indonesia yang disebutnya telah melakukan banyak perubahan positif dalam 10 tahun terakhir, yaitu berhasil membangun lembaga yang kuat serta masyarakat madani.

"Pada saat yang sama, Indonesia juga menghormati hak asasi manusia dalam menjalankan perang yang sukses terhadap terorisme dan ekstrimisme, berhasil mengakhiri konflik sektarian dan separatisme, serta bekerja membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih aman bagi perdagangan global dan hak asasi manusia," katanya.

Terkait dengan pengakuan hak-hak perempuan, Hillary mengaku memperoleh bukti yang cukup nyata ketika melihat tiga diplomat perempuan Indonesia mendampingi Menlu Hassan dalam pertemuan dwipihak Indonesia-AS.

Malam itu, Hillary secara khusus memang bertindak sebagai tuan rumah dalam acara jamuan makan malam di gedung bekas tempat peristirahatan bergaya arsitektur Renaissance milik anggota Dewan Hindia Jenderal Reyner de Klerk yang terletak di Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, itu.

Dalam lawatan dua harinya di Indonesia, selain bertemu dengan timpalannya Menlu Hassan Wirajuda, Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan dan melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Hillary secara khusus melakukan dialog dengan para tokoh masyarakat Indonesia dalam suatu jamuan makan malam di Gedung Arsip Nasional.

Namun berbeda dengan lazimnya tuan rumah yang telah bersiap menanti para tamu undangannya, Hillary justru baru datang 30 menit setelah seluruh tamu undangan tiba di tempat acara.

Beberapa tamu yang takut terjebak macet ataupun harus melewati pemeriksaan keamanan yang rumit bahkan sengaja datang jauh lebih awal. Mantan Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra dan wakil Ketua DPD Mooryati Soedibyo misalnya, telah tiba di bangunan tua seluas 1.272 meter persegi yang selalu tampak asri di siang hari itu sekitar pukul 07.00 WIB.

Sementara itu ketika matahari mulai tergelincir di barat, penerangan di sekitar bangunan utama yang relatif remang-remang sempat menyulitkan sejumlah tamu perempuan yang mengenakan alas kaki bertumit tinggi.

Jamuan makan malam itu dilakukan di lantai dua Gedung Arsip Nasional yang berlantai kayu. Ruangan yang relatif tidak luas itu diisi oleh delapan buah meja bundar yang mengapit sebuah podium kecil di tengah ruangan.

Pada setiap mejanya terdapat delapan kursi. Hillary duduk di meja pertama bersama dengan Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo dan tokoh perempuan Lily Zakiah Munir. Sementara itu di meja-meja sekitarnya tampak antara lain Pramono Anung, Imam Prasodjo, Suciwati, Asmara Nababan dan Djoko Susilo.

Hillary yang mengenakan setelan jas dan celana panjang berwarna biru itu tampak segar ketika tiba di lokasi acara dengan didampingi oleh sejumlah pejabat Kementerian Luar Negeri AS, sekalipun baru saja tiba di Indonesia sekitar pukul 14.08 WIB dan melakukan pertemuan dengan Menlu Hassan serta Sekjen ASEAN.

Menurut pengakuan beberapa tamu undangan dialog dengan Hillary pun berlangsung hangat dan cair. Kesan santai juga ditampilkan Hillary saat menyampaikan pidatonya.
Ia beberapa kali tampak dengan sengaja memilih istilah-istilah yang memancing senyum para tamu undangan, misal ketika ia bercerita bagaimana dalam demokrasi setiap pihak harus menerima dengan lapang dada jika kalah dalam suatu pemilihan umum atau ketika ia menjawab antusiasme masyarakat Indonesia menantikan kedatangan Presiden Barack Obama.

Untuk mengamankan acara tersebut, puluhan petugas dari Kepolisian tampak berjaga-jaga di sekitar lokasi. Dua buah anjing terlatih juga dikerahkan untuk memastikan tidak adanya bahan peledak berbahaya di barang bawaan para tamu undangan.

Seperti diumumkan Kemlu AS, Hillary akan melakukan rangkaian lawatan ke Jepang, Indonesia, Korea Selatan, dan China.

Langkah Hillary yang memilih Asia Timur -- menyeberangi Samudera Pasifik -- sebagai kunjungan pertamanya selaku menteri luar negeri merupakan hal yang baru karena pada masa-masa lalu seorang menteri luar negeri AS memilih Eropa --menyeberangi Samudera Atlantik -- sebagai wilayah yang pertama untuk dikunjungi pada awal masa jabatan mereka. (*)

Oleh
Copyright © ANTARA 2009