Fluktuasi harga timah menjadi salah satu faktor penyebab industri timah di Bangka, Babel, mengalami kerugian pada 2019
Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi VI DPR Sondang Tiar Debora Tampubolon menyayangkan produk timah nasional masih tergantung kepada harga global, sehingga perlu diperhatikan industri turunannya guna meningkatkan nilai tambah komoditas tersebut.

Sondang dalam rilis di Jakarta, Sabtu, mengemukakan fluktuasi harga timah menjadi salah satu faktor penyebab industri timah di Bangka, Babel, mengalami kerugian pada 2019.

Untuk itu, ujar dia, Kementerian Perindustrian didesak lebih memperhatikan sektor industri yang akan dimajukan, seperti membuat industri turunan timah.

"Timah kita itu adalah industri terbesar di dunia setelah China. Tetapi, karena terdampak oleh naik turunnya harga komoditas, akhirnya mereka mengalami kerugian pada tahun 2019," katanya.

Politisi PDI Perjuangan itu juga mendorong peta jalan sektor industri dapat fokus terhadap industri yang berdaya saing sehingga Indonesia memiliki produk unggulan yang bisa menembus dan bersaing di pasar ekspor.

Sebelumnya, Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto mendorong berbagai pihak meningkatkan hilirisasi timah.

"Timah kita ini produksinya adalah kedua terbesar di dunia, namun pemanfaatannya di dalam negeri hanya 3 persen saja, sementara 97 persen sisanya diekspor," katanya.

Ia mengemukakan Komisi VII DPR akan mengupayakan peningkatan hilirisasi dengan mengembangkan industri berbasis timah di sejumlah daerah produksi seperti Provinsi Babel.

"Pabrik-pabrik yang berbahan baku timah harus ada di Indonesia, sehingga pemanfaatan timah akan jauh lebih baik nilai tambahnya," katanya.

Baca juga: Anggota DPR dorong peningkatan hilirisasi timah
Baca juga: PT Timah bangun smelter baru berkapasitas 40.000 ton

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020