Konflik manusia dengan harimau lebih banyak dampak negatifnya seperti penurunan kunjungan wisatawan
Palembang (ANTARA) - Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru meminta konflik manusia dengan harimau dan satwa lainnya yang terjadi selama ini, bahkan menelan korban jiwa, jangan sampai terulang kembali.

"Konflik manusia dengan harimau lebih banyak dampak negatifnya seperti penurunan kunjungan wisatawan," kata gubernur melalui Asisten Pemerintahan dan Kesra Ahkmad Najib saat Lokakarya Penanggulangan Konflik Manusia dan Satwa Liar kerja sama dengan KELOLA Sendang - ZSL di Palembang , Senin.

Selain memakan korban jiwa, kata dia, konflik tersebut juga membawa kerugian bagi industri pariwisata sehingga pelaku jasa usaha wisata tidak mendapat keuntungan saat libur Natal dan Tahun Baru yang lalu.

Menurut dia, menyikapi adanya konflik tersebut, pihaknya dan berbagai instansi terkait lainnya berkomitmen mencegah agar kejadian serupa tidak terulang lagi di antaranya dengan menjaga alam dari deforestasi (hilangnya hutan akibat kegiatan manusia)..

Selain itu pihaknya berkomitmen menjaga mata rantai makanan satwa liar itu jangan sampai terputus.

Apalagi, kata dia, setidaknya ada tujuh kasus konflik dengan satwa liar sehingga pihaknya membentuk satgas penanggulangan permasalahan harimau tersebut.

Ia mengatakan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan bersama pihak terkait lainnya di lapangan sudah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi konflik yang terjadi, seperti melalui sosialisasi kepada masyarakat terdampak maupun melakukan pemantauan keberadaan harimau di lokasi konflik.

Upaya yang dilakukan akhirnya membuahkan hasil, di mana pada 21 Januari lalu harimau yang diduga berkonflik tertangkap dalam kandang perangkap yang dipasang tim dan sudah dievakuasi ke Lampung.

"Namun yang lebih penting lagi mari bersama sama menjaga lingkungan supaya satwa di dalamnya terlindungi dan tidak keluar dari habitatnya," kata Ahkmad Najib.

Direktur Proyek KELOLA Sendang - ZSL Damayanti Buchori mengatakan, upaya yang dilakukan agar tidak terjadi konflik perlu adanya
koordinasi, komunikasi dan kerja sama antar pihak dalam rangka penanggulangan satwa liar itu.

Dengan demikian, katanya, Sumatera Selatan akan menjadi laboratorium sosial dan percontohan bagi Indonesia, yang memiliki pengalaman dalam kemitraan dalam pengelolaan bentang alam, termasuk pengelolaan konflik manusia dan satwa liar.

“Kami bersama pihak lainnya ikut melakukan identifikasi keberadaan individu harimau diantaranya dengan pemasangan 100 kamera penjebak,” katanya.

Bahkan kegiatan tersebut sejalan dengan program gubernur yakni pelestarian satwa dilindungi dengan melestarikan lingkungan, kata dia.

Kepala BKSDA Sumsel Genman S. Hasibuan menjelaskan usai penangkapan harimau di desa Plakat, Muara Enim pada 21 Januari lalu itu, pihaknya masih mendalami kemungkinan besar satwa liar tersebut merupakan pemangsa warga yang tewas.

Saat ini tim medis di Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) belum bisa melakukan uji laboratorium lantaran kondisi harimau tersebut masih labil.

Namun meskipun demikian pihaknya memastikan harimau dalam keadaan sehat, demikian Genman S. Hasibuan.

Baca juga: BKSDA Sumsel: Harimau pernah memangsa manusia tidak dilepasliarkan

Baca juga: BKSDA Sumsel catat 23 kali manusia berkonflik dengan harimau

Baca juga: LSM bantu kamera trap pantau harimau di Sumsel

Pewarta: Ujang Idrus
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2020