Misalnya mereka pernah dapat tabung gas, bisa mereka jual seharga Rp150 ribu
Jakarta (ANTARA) - Pemulung di Pintu Air Manggarai, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat mendapat penghasilan lebih ketika banjir yang terjadi saat musim hujan.

Pengawas Unit Pelaksana Kebersihan Badan Air (UPKBA) Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Prasetyo, saat ditemui Senin, mengatakan saat banjir jadi musimnya pemulung berkumpul mencari sampah-sampah yang bisa didaur ulang untuk dijual kembali.

"Ada pemulung yang cerita waktu banjir awal tahun kemarin mereka bisa dapat Rp1 juta, ada juga yang Rp500 ribu dari memulung sampah-sampah unorganik yang bernilai ekonomi," kata Prasetyo.

Prastyo mengatakan jika air di Pintu Air Manggarai normal yakni ketinggian 700 cm, jumlah pemulung yang sehari-hari berkerja mengumpulkan sampah hanya ada tiga orang. Tapi, pada saat banjir terjadi pemulung yang datang bisa mencapai 10 orang lebih.

"Rata-rata pemulung di Pintu Air Manggarai adalah warga sekitar, jarang ada orang dari luar," kata Prasetyo.
Rendi (32) pemulung di Pintu Air Manggarai mengemas sampah botol plastik yang dikumpulkannya dari Pintu Air Manggarai ke dalam karung sebelum dijual ke pengepul, Senin (20/1/2020) (ANTARA/Laily Rahmawaty)

Menurut Prasetyo, saat banjir sampah-sampah yang dikumpulkan oleh pemulung tidak hanya botol plastik yang bisa didaur ulang, tapi sampah lainnya seperti kulkas, televisi, tabung gas, dan kayu-kayu yang berasal dari rumah warga yang hanyut diterjang banjir.

Penemuan benda-benda tersebut di antara sampah-sampah yang mengapung di Pintu Air Manggarai menjadi milik pemulung yang menemukannya, kadang benda-benda tersebut dijual kembali atau dipakai untuk kebutuhan sendiri.

"Misalnya mereka pernah dapat tabung gas, bisa mereka jual seharga Rp150 ribu," katanya.

Rendi (32) salah satu dari tiga pemulung yang permanen mulung di Pintu Air Manggarai mengatakan jika arus air nomal mereka bisa mengumpulkan satu hingga tiga karung botol plastik.

Sampah botol plastik tersebut dikumpulkan, lalu dirapikan dengan memisahkan botol dan tutupnya lalu membuang melepas merk plastiknya. Botol yang sudah dirapikan tersebut dimasukkan dalam karung seberat 100 kg lalu dijual ke pengepul di Jalan Manggarai Utara Dua.

"Kalau 100 kg ini bisa dapat Rp150 ribu," katanya.
Sebuah tas yang ditemukan mengapung di antara sampah-sampah yang hanyut di Sungai Ciliwung dan tersangkut di Pintu Air Manggarai, Senin (20/1/2020) (ANTARA/Laily Rahmawaty)

Selain botol plastik, tutup botol yang sudah dipisahkan dari botolnya tersebut juga laku dijual sekilonya Rp2.000.

Rendi mulai memulung di Pintu Air Manggarai sejak tahun 2015, pada saat banjir tahun baru 2020, ia bisa mendapatkan penghasilan Rp700 ribu.

Pemulung lainnya, Heru Biawak (50) mengatakan Pintu Air Manggarai terbuka bagi warga Manggarai yang datang memulung, warga luar tidak diperkenankan.

Heru menambahkan, selain mengumpulkan botol plastik, mereka juga mengumpulkan kayu-kayu balok yang terbawa arus sungai. Kayu tersebut akan dijual ke pedagang sebagai kayu bakar dengan harga Rp300 ribu untuk satu bak mobil carry.

Baca juga: Petugas Pintu Air Manggarai kerap dapat kiriman 'online'
Baca juga: Pintu Air Manggarai juga jadi tempat mancing ikan gratis

Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020