Ada 80 ekor sapi milik peternak yang mati selama tiga hari
Kupang (ANTARA) - Sebanyak 80 ekor sapi milik warga Desa Bainuan, Kecamatan Insana Fatu Nesu, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur (NTT), mati pada Sabtu-Senin (4-6/1/2020) akibat ketiadaan pakan sejak daerah itu dilanda kekeringan ekstrem.

"Ada 80 ekor sapi milik peternak yang mati selama tiga hari. Kasus kematian ternak ini terjadi secara sporadis pada ternak milik peternak di desa ini," kata Sekretaris Desa Bainuan, Martinus Manbait ketika dihubungi Antara, di NTT, Selasa.

Ia mengatakan kasus kematian ternak terjadi sejak Sabtu (4/1/) hingga Senin (6/1/2020) dialami oleh 11 peternak.

Pada umumnya sapi yang mati terjadi di kandang dan padang pengembalaan yang kondisi pakan ternaknya terbatas.

Menurut dia, sejak daerah itu dilanda kekeringan, pakan ternak pun terbatas dan sumber air minum untuk kebutuhan ternak juga kering. Bahkan, lanjut dia, empat embung yang dibangun pemerintah desa sebagai sumber air bersih untuk ternak juga mengalami kekeringan.

"Semua sumber air untuk ternak mengering termasuk empat embung yang dibangun dengan dana desa juga mengering, sehingga terjadi krisis air untuk kebutuhan ternak. Hujan baru menguyur desa ini selama tiga hari belakang ini," kata Martinus.

Sementara itu Lambertus Tanmeno (50) salah seorang peternak di Desa Bainuan mengaku 20 ekor sapi miliknya mati mengenaskan sejak Sabtu-Minggu (4-5/1/2020), setelah puluhan ekor sapi itu mengkonsumsi air di lokasi sumber air Oe Faut yang kondisinya berlumpur.

"Setelah puluhan ekor sapi minum air di lokasi sumber air Oe Faut, dua ekor langsung jatuh, sedangkan 18 ekor mati sekaligus pada Minggu (5/1/2020) pagi. Kondisi air di lokasi itu sudah keruh dan hampir mengering," ujarnya.

Ia mengatakan puluhan ekor sapi yang mati mengenaskan itu ada yang dikuburkan serta sebagian dipotong untuk dikonsumsi warga setempat.

Baca juga: Masih ada wilayah di Timor Tengah Selatan alami kekeringan ekstrem

Baca juga: Sejumlah wilayah NTT masih alami kekeringan ekstrem


 

Pewarta: Benediktus Sridin Sulu Jahang
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020