Palu (ANTARA) - Lembaga kerja sama internasional Jepang (Japan International Cooperation Agency/JICA) mengalokasikan dana 50 juta yen atau sekitar Rp6,5 miliar untuk mendukung program-program pemulihan mata pencaharian dan penguatan masyarakat korban bencana alam di Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala (Pasigala), Sulawesi Tengah.

"Program ini sudah berjalan sejak Februari 2019 dan akan berakhir pada Agustus 2020," kata Hideki Hirosige, Ketua Tim Output 4 Pemulihan Mata Pencaharian dan Penguatan Masyarakat JICA untuk korban bencana Sulteng di Palu, Jumat.

Kepada Antara melalui penerjemahnya, Hideki yang sedang mendampingi kunjungan Senior Advisor JICA Hirabayashi Atsutoshi ke Palu menyebutkan bahwa program pemulihan ekonomi dan penguatan masyarakat ini merupakan salah satu dari empat misi utama JICA dalam kegiatan pemulihan dan rekonstruksi Pasigala pascagempa bumi, tsunami dan likuefaksi 28 September 2018.

Baca juga: PUPR bersama JICA atasi masalah sanitasi dan air limbah di Jakarta

Tiga misi lainnya yang telah dan sedang berjalan secara simultan, katanya, adalah melakukan analisis risiko yang masih potensial terjadi serta menetapkan zona rawan bencana, membantu menyusun tata ruang baru, dan membantu pembangunan kembali infrastruktur yang rusak dengan semuanya dengan kualifikasi tahan gempa dan tsunami.

Khusus dalam kegiatan pemulihan ekonomi korban, JICA membuat buku panduan pemulihan mata pencaharian dan penguatan masyarakat yang diharapkan akan diterapkan oleh pemerintah daerah di tiga daerah terdampak bencana bahkan oleh pemda-pemda lain di Sulteng bisa suatu saat terjadi bencana.

Buku panduan ini memberi contoh prosedur yang efektif dalam melaksanakan program dan kegiatan pemulihan mata pencaharian dabn penguatan hubungan kemasyarakatan dalam penanganan korban bencana.

Baca juga: Indonesia-Jepang teken kesepakatan teknis KA Jakarta-Surabaya

Pendekatan utamanya adalah memperkuat nilai-nilai kegotongroyongan, menjamin transparansi dan akuntabilitas, memfasilitasi masyarakat dalam kegiatan pemulihan secara berkelanjutan serta mempertimbangkan kondisi dan situasi masyarakat terdampak dalam tahapan pemulihan.

"Panduan seperti ini sudah diterapkan di Jepang dan berbagai negara di dunia yang bekerja sama dengan JICA seperti di Afrika dan saat ini di Indonesia," ujar Hirabayashi yang didampingi Ketua Bappeda Sulteng Hasanuddin Atjo, Wakil Ketua Kadin Sulteng Jimmy Hosan dan sejumlah pejabat JICA.

Selain membuat buku panduan praktis, JICA juga menyalurkan bantuan-bantuan teknis dan fisik seperti pelatihan bidang ekonomi kepada para korban serta menyalurkan bantuan-bantuan yang diperlukan guna meningkatkan pendapatan para korban.

Ada tiga lokus kegiatan inti pemulihan mata pencaharian korban bencana di Sulteng yakni Kelurahan Balaroa (Kota Palu), Desa Mpanau (Kabupaten Sigi) dan Desa Lero (Kabupaten Donggala).

Di Kelurahan Balaroa, JICA bekerja sama pemda setempat membantu peralatan dan membina keterampilan perempuan pengayam daun silar serta usaha kuliner. Di Desa Mpanau (Sigi), JICA membantu pengembangan pusat usaha kecil dan menengah (UKM) kuliner yang akan dikembangkan dengan pelatihan konstruksi, sedangkan di Desa Lero (Kabupaten Donggala), JICA membantu keterampilan serta menyalurkan bantuan usaha pembuatan ikan teri serta alat-alat penangkapan ikan untuk nelayan.

Ketua Bappeda Sulteng Hasanuddin Atjo menyambut baik penerbitan buku panduan pemulihan mata pencaharian dan penguatan masyarakat pascabencana oleh JICA karena banyak konsep dan program yang perlu diadopsi dari Jepang yang memiliki banyak tenaga ahli dan pengalaman dalam pemulihan ekonomi masyarakat pascabencana.





 

Pewarta: Rolex Malaha
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019