Sama saja seperti babi hutan yang diburu hampir setiap pekan oleh warga, jadi yang buas sepertinya manusia
Palembang (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam Seksi Konservasi Wilayah (BKSDA-SKW) II Lahat, Sumatera Selatan menyebut sumber makanan yang semakin menipis mengakibatkan harimau keluar terirorinya hingga mendekati permukiman warga.

Kepala BKSDA SKW II Lahat, Martialis Puspito, di Palembang, Minggu, mengatakan harimau biasanya memangsa rusa, kambing hutan, dan babi di hutan lindung.

Namun, kata dia, perburuan secara masif membuat rantai makanannya terganggu.

"Perburuan rusa, kambing hutan, dan babi oleh manusia menyebabkan harimau kesulitan mencari makan, dampaknya posisi harimau terdesak, kalau sudah begitu maka harimau akan keluar dari teritorinya," ujar dia.

Ia mengatakan jatuhnya korban jiwa di Sumsel akibat serangan harimau, salah satu penyebabnya yakni menipisnya sumber makanan satwa itu di dalam hutan lindung.

"Sehingga harimau keluar jauh dari teritorinya sampai harus mendekati permukiman," katanya.

Baca juga: Gubernur Sumsel laporkan konflik harimau ke Menteri Lingkungan Hidup

Jika terdesak, katanya, harimau yang notabane cenderung teritorial dapat menjelajah hingga 20 kilometer keluar dari teritorinya per hari demi mendapatkan mangsa.

Perburuan rantai makanan harimau saat ini masih banyak terjadi di wilayah Hutan Lindung Gunung Patah di lanskap Taman Nasional Bukit Barisan yang menjadi salah satu kantong harimau.

Pada 2016, pihaknya menemukan tujuh bangkai kepala kambing hutan di Gunung Dempo Kota Pagaralam karena perburuan oleh manusia.

Terkait dengan hal itu, pihaknya menyayangkan.

"Sama saja seperti babi hutan yang diburu hampir setiap pekan oleh warga, jadi yang buas sepertinya manusia," kata Martialis.

Dampaknya, saat ini harimau semakin tertekan dengan dua kondisi, yakni menipisnya makanan dan penyempitan habitat karena perambahan hutan untuk lahan perkebunan ilegal.

Harimau di Sumsel berasal dari dua kantong, yakni kantong Bukit Dingin seluas 63.000 bentangan dari Kabupaten Lahat, Kota Pagaralam, Kabupaten Empat Lawang dan kantong Jambul Patah Nanti seluas 282.000 hektare bentangan dari Kabupaten Lahat, Kota Pagaralam, Kabupaten Muara Enim.

Pihaknya mengimbau masyarakat menghargai keberadaan harimau dan satwa liar lainnya dengan tidak merusak habitat serta memburu satwa di hutan lindung.

"Kami juga mendorong pemerintah agar bisa menekan para oknum perambah dan pemburu satwa liar agar harimau tetap terjaga," demikian Martialis.

Baca juga: BKSDA Sumatera Selatan pasang spanduk peringatan bahaya binatang buas
Baca juga: Aktivis: Revisi UU Konservasi agar beri efek jera
Baca juga: Lima pemburu harimau sumatera di Riau ditangkap

Pewarta: Aziz Munajar
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019