Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Luar Negeri, Mahendra Siregar, mengatakan ada kesempatan bagi Indonesia untuk memperkuat sektor industri dalam negeri di tengah perang dagang yang berlangsung antara dua negara adidaya, yakni Amerika Serikat dan China.

“Yang harus kita tekankan adalah industri dan perusahaan maupun sektor yang kita sudah kuat, namun bisa lebih kuat lagi justeru karena ada perang dagang,” kata Mahendra saat mengisi acara dialog berjudul ‘Indonesian Policy Under President Jokowi’s Second Term: New Priorities, New Expectations, New Initiatives?’ yang merupakan bagian dari acara Conference on Indonesian Foreign Policy 2019 di The Kasablanka, Jakarta, Sabtu.

Baca juga: Menristek: Kompetensi sektor konstruksi diperkuat hadapi industri 4.0

Dia menyoroti sejumlah industri yang seringkali dianggap konvensional, seperti tekstil, garmen, sepatu, produk karet, elektronik, perlengkapan, dan furnitur sebagai contoh. Menurut dia, industri-industri tersebut memiliki potensi yang luar biasa dengan adanya ketegangan perang dagang.

“Kita sudah kuat di sana tetapi bisa jauh lebih kuat lagi daripada sekarang, dan ini yang sekarang kita lakukan, bukan hanya koordinasi di kementerian dan lembaga, tetapi juga pihak-pihak perusahaan, Kadin, dan asosiasi,” jelasnya.

Baca juga: Indonesia dinilai siap masuki industri 4.0 tapi masih ada kendala

Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat itu mengatakan, meski Indonesia ingin mendorong satu industri yang lebih besar dan maju dalam konteks industri 4.0, serta menjadi bagian dari Global Value Chain, tetap perlu ada perhatian khusus bagi industri, dan perusahaan, serta sektor yang bisa terus diperkuat.

Sebelumnya Mahendra menjelaskan bahwa dalam penugasan sebagai wakil menteri luar negeri, dia telah diberi tugas oleh Presiden Joko Widodo untuk menjaga pertumbuhan dan stabilitas, serta mencapai tujuan nasional dan berperan lebih besar dalam konteks global yang saat ini dipenuhi tantangan dan ketidakpastian.

Baca juga: ASEAN diharapkan berfokus di tengah sentimen global China-AS

Konstitusi, lanjut dia, memposisikan Indonesia dalam politik luar negeri yang bebas aktif, dan dalam konteks perang dagang antara AS dengan China, Indonesia tetap mengambil posisi yang tidak berpihak.

“Tetapi sebaliknya justru bisa tetap menarik manfaat dan kepentingan kita dari keduanya,” ujarnya.

 

Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019