Pamekasan (ANTARA) - Palang Merah Indonesia (PMI) Pamekasan, Jawa Timur Kamis, membantu mendistribusikan bantuan air bersih ke desa yang dilanda kekeringan dan kekurangan air bersih, yakni Desa Palengaan Daja, Kecamatan Palengaan.

Pendistribusian bantuan air bersih ini, merupakan kerja antara PMI Pamekasan dengan TNI dari Kodim 0826 Pamekasan.

"Desa Palengaan Daja ini menjadi sasaran bantuan air bersih, karena di desa ini warga sangat kekurangan air bersih, khususnya warga yang tinggal di Dusun Tenggina II," kata Babinsa di desa itu, Serda M Romi.

Menurut Romi, sebenarnya hampir semua dusun di Desa Palengaan Daja, Kecamatan Palengaan mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih. Hanya saja, yang didahulukan adalah dusun yang paling parah.

Baca juga: Bantuan air bersih di Pamekasan capai Rp1,3 miliar

Untuk mendapatkan air, warga terpaksa menimba air dalam jarak tempuh lebih dari 3 kilometer, bahkan sebagian warga ada yang terpaksa membeli seharga Rp150 ribu per satu tangki.

"Kalau untuk kebutuhan mandi dan mencuci, warga terpaksa mandi seadanya. Ada yang terpaksa mandi di sungai dengan kondisi air yang sudah keruh," kata warga di desa itu, Ahmad.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Pamekasan sebelumnya telah mendistribusikan 3.192 tangki air guna mengatasi kekeringan dan kekurangan air bersih di wilayah itu.

Distribusi air bersih dilakukan ke 80 desa di 11 kecamatan yang dilanda kekeringan akibat kemarau panjang, dan jumlah itu akan terus bertambah, mengingat hingga kini kekurangan air bersih di Pamekasan meski sebagian kecamatan telah turun hujan.

Berdasarkan data BPBD setempat, sedikitnya 212.321 jiwa di Kabupaten Pamekasan kini terdampak kekeringan pada musim kering yang terjadi pada kemarau kali ini. Mereka itu terdiri 71.032 kepala keluarga yang tersebar di 11 kecamatan di Kabupaten Pamekasan.

"Jumlah dusun yang mengalami kekeringan dan kekurangan air bersih sebanyak 325 dusun. Dan Dusun Tengginah II ini, memang termasuk dusun yang terdata di kami," kata Kepala BPBD Pemkab Pamekasan Akmalul Firdaus.

Sebenarnya, sambung dia, jika dilihat dari jumlah desa, kasus kekeringan dan kekurangan air bersih yang melanda Pamekasan kali ini sama dengan tahun lalu.

"Tahun lalu, desa yang mengalami kekeringan juga 80 desa. Tapi, berbeda sebarannya. Tahun ini sebarannya lebih luas, meskipun jumlah desanya sama," ujar Firdaus.

Ia menjelaskan, pada kemarau 2018, jumlah dusun yang dilanda kekeringan dari 80 desa yang tersebar di 11 kecamatan itu, hanya 310 dusun. Tahun ini sebanyak 325 dusun.

"Dengan demikian ada tambahan sebanyak 15 dusun dibanding tahun 2018, dan ini yang saya maksud bahwa sebarannya lebih luas, meski jumlah desanya sama," katanya, menjelaskan.

Sementara itu, dari sebanyak 80 desa yang kini dilanda kekeringan tersebut, BPBD Pemkab Pamekasan mencatat sebanyak 47 mengalami kering langka, sedangkan 33 desa sisanya mengalami kering kritis.

Kekeringan kritis terjadi karena pemenuhan air di dusun mencapai 10 liter lebih per orang per hari. Jarak yang ditempuh masyarakat untuk mendapatkan ketersediaan air bersih sejauh 3 kilometer bahkan lebih.

Sementara yang dimaksud dengan kering langka, kebutuhan air di dusun itu di bawah 10 liter saja per orang, per hari. Jarak tempuh dari rumah warga ke sumber mata air terdekat, sekitar 0,5 kilometer hingga 3 kilometer.

Baca juga: BPBD tetap salurkan bantuan meski Pamekasan mulai diguyur hujan

Pewarta: Abd Aziz
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019