Jakarta (ANTARA) - Apa sebenarnya fokus perhatian presiden Joko Widodo yang dituangkan dalam sekian banyak cuitan-cuitannya di akun Twitter @jokowi?

Twitter adalah salah satu platform media sosial yang mampu memuat informasi spesifik dan memungkinkan interaksi dua arah dengan respon cepat.

Twitter memang menjadi salah satu platform yang paling populer dipakai para pemimpin dunia.

Tercatat presiden Amerika Serikat Donald Trump, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Perdana Menteri India Narendra Modi, dan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan juga menggunakan Twitter.

Saat ini sudah banyak teknologi untuk menganalisis kumpulan isi pesan di media sosial sesuai tujuan komunikasi yang ingin dicapai.

Informasi yang tersedia di media sosial dari penyampai pesan maupun pengguna yang terlibat percakapan dapat dikumpulkan dan dianalisa.

Penelitian ini mengamati Twitter presiden Republik Indonesia di akun @jokowi. Analisis ini dilakukan dengan menjaring cuitan akun @jokowi di Twitter mulai 20 Juni 2015 hingga 30 Oktober 2019 terhadap akun yang dibuat sejak tahun 2011 tersebut.

Dengan menggunakan alat analisis jaringan percakapan media sosial NodeXL, tercatat akun @jokowi memiliki pengikut sebanyak 12,4 juta orang dan telah menyebarkan 2.075 cuitan yang terlihat aktif mulai tahun 2015.

Ternyata tweet @jokowi juga disukai netizen dan banyak dibagikan kembali. Hampir tidak ada postingan beliau yang tidak mendapatkan love.

Jumlah love terbanyak yakni 82 ribuan. Sementara rata-rata love yang didapatkan adalah 9.914 dengan nilai tengah sebesar 3.729.

Adapun jumlah retweet yang paling sedikit didapatkan yakni sebanyak 190 dan yang paling banyak retweet adalah 35 ribuan. Rata-rata jumlah retweet sebanyak 2.856 dengan nilai tengah sebesar 1.899.

Kami mengumpulkan keseluruhan tweet presiden Jokowi dan menghitung frekuensi kata yang paling banyak muncul.

Dalam metode penelitian komunikasi, penghitungan jumlah kata merupakan salah satu teknik dalam menganalisis isi pesan. Frekuensi kemunculan sebuah kata digunakan untuk melihat fokus utama sebuah pesan komunikasi (Riffe, Lacy, dan Fico, 2005). Asumsi yang digunakan adalah semakin sering sebuah kata tersebut digunakan maka semakin besar penekanan si pembuat pesan terhadap ide yang mewakili kata tersebut.

Dalam metode yang kami gunakan, unit analisisnya adalah setiap unit kata. Adapun kata-kata yang berfungsi sebagai kata penghubung seperti “yang”, “untuk”, dan “dari” kami keluarkan meski mendominasi isi tweet karena fungsinya semata untuk mendampingi kata lain.

Dari 2.075 cuitan, ditemukan sebanyak 43,9 persen atau 911 tweet yang diakhiri dengan insial JKW sebagai penanda bahwa tweet tersebut ditulis sendiri oleh presiden Jokowi.

Dari hasil perhitungan kami, ternyata kata yang paling sering muncul adalah kata “Saya” yang terdapat dalam 574 tweet dan berjumlah 740 kali penyebutan. Kata kedua yang paling banyak digunakan adalah "Kita" dengan frekuensi 723, diikuti kata "Indonesia" sebanyak 604 kali.

Pada urutan selanjutnya ada kata, "Tahun" lalu kata "Hari" diikuti kata “Selamat" “Negara”, “Bersama”, “Akan”, dan “Harus”.
 
Kata yang paling banyak digunakan @Jokowi (ANTARA/Dyah Sulistyorini)


Jika dilihat dari kesepuluh kata tersebut, rupanya komunikasi presiden Jokowi di Twitter didominasi oleh pesan-pesan formal dan normatif, misalnya untuk menyampaikan selamat atas peringatan hari-hari besar tertentu atau sekadar menginformasikan peristiwa kunjungannya ke berbagai tempat.

Komunikasi yang cenderung normatif dan formal ini sedikit berbeda, misalnya, dengan Presiden Amerika Donald Trump yang cenderung menyampaikan opini dan kebijakannya di Twitter, bahkan ditulis dengan bahasa non formal.

Selain itu, kami juga menganalisis kata-kata apa saja yang digunakan dalam menemani sebuah kata. Sebagai contoh, kata “Saya” ternyata paling banyak ditemani dengan kata “Untuk” dan “Indonesia”. Dengan demikian, melalui pesan di Twitter, Presiden Jokowi seolah ingin menekankan bahwa dia atau apa yang dia kerjakan adalah untuk Indonesia.

Adapun saat menggunakan kata “Kita” (bukan lagi penekanan kepada Jokowi sebagai subjek), kata yang paling banyak muncul adalah “Indonesia”, “Untuk”, “Tahun”, “Hari”, Negara”, dan “Selamat”. Lagi-lagi rangkaian kata-kata tersebut menunjukkan sisi keformalan komunikasi kepala negara, dimana pesan utamanya adalah melakukan sesuatu untuk Indonesia.

Selain kata, salah satu teknik yang dapat digunakan untuk menekankan sebuah pesan adalah tagar (#). Dengan adanya tagar, pengguna twitter dapat dengan mudah melacak cuitan-cuitan yang menggunakan tagar yang sama. Dengan demikian, pengikut Jokowi dapat ikut meramaikan dan membagi informasi dengan topik yang sama. Pada cuitan-cuitannya, presiden Jokowi terbilang jarang menggunakan tagar.

Adapun tagar yang paling banyak ia gunakan adalah #energikita, tepatnya sebanyak 14 tweet. Tagar ini digunakan utamanya saat menginformasikan tentang energi panas bumi dan energi terbarukan lainnya. Nampaknya presiden Jokowi ingin diskusi tentang energi terbarukan ini bergulir di Twitter. Namun sayang, isu ini kurang mendapatkan perhatian pengikutnya karena rata-rata hanya dibagikan ulang sebanyak 400-500 kali. Bandingkan jumlah ini dengan rata-rata retweet Jokowi sebesar 2.800-an.

Berikut adalah 10 tagar yang paling banyak digunakan presiden Jokowi:
 
Tagar yang paling banyak digunakan @Jokowi (ANTARA/Dyah Sulistyorini)


Tweet Terpopuler: Kelucuan Jan Ethes

Lalu, strategi apa yang digunakan Jokowi untuk memperlihatkan sisi lain dirinya sebagai seorang manusia?

Rupanya, Jokowi cukup sering membagi momen bersama cucu kesayangannya Jan Ethes dan juga anaknya Kaesang di Twitter. Cuitan yang menampilkan video ataupun foto Jan Ethes ini ternyata juga menjadi favorit pengguna Twitter. Dari 10 cuitan yang paling banyak disukai, tiga di antaranya adalah tentang tingkah lucu Jan Ethes. Meski demikian, cuitan yang paling banyak disukai adalah momen saat ulang tahun presiden Jokowi dengan jumlah love sebanyak 82.215. Momen ulang tahun adalah momen spesial meskipun diakui presiden beliau tidak pernah merayakan.

Dapat dilihat pada Link: https://twitter.com/jokowi/status/1141914554122637312
Twitter @Jokowi (ANTARA/Twitter)


Pada peringkat kedua cuitan yang paling disukai netizen adalah foto Jan Ethes dengan jumlah love: 81.279 serta dapat dilihat pada link berikut: https://twitter.com/jokowi/status/1162627082322468864
 
Twitter @Jokowi (ANTARA/Twitter)


Kehadiran tokoh cucu presiden seolah menjadi penyegar lini masa. Anak kecil yang digambarkan memiliki perspektif yang bersih, murni khas dengan tingkah polah lucunya dapat dipastikan menarik perhatian para netizen.

Pada peringkat ketiga cuitan yang paling banyak disukai netizen adalah ucapan belasungkawa presiden Jokowi atas meninggalnya ibu Ani Yudhoyono dengan jumlah love sebanyak 80.035.

Pada peringkat keempat yang paling banyak disukai netizen adalah belasungkawa saat meninggalnya Presiden BJ. Habibie dengan jumlah love sebanyak 79.633.

Peringkat ketiga dan keempat adalah ucapan belasungkawa yang terlihat sebagai bentuk narasi dan simbolik hubungan baik dengan presiden terdahulu.


Tweet yang Paling Banyak Dibagikan: Kecaman Terhadap Amerika

Dari hasil analisis pesan yang paling banyak dibagikan, rupanya cuitan Jokowi tentang kecaman terhadap kebijakan Amerika dalam mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Israel yang mendapatkan retweet paling banyak. Cuitan yang ditulis pada 7 Desember 2017 tersebut dibagikan sebanyak 35.247 kali. Berikut adalah cuitan Jokowi tersebut:
Twitter @Jokowi (ANTARA/Twitter)


Adapun cuitan kedua yang paling banyak dibagikan oleh pengguna Twitter adalah ucapan belasungkawa kepada mantan presiden BJ Habibie, yang diikuti dengan pernyataan Jokowi akan menindak tegas perusuh di peristiwa demo pengumuman hasil Pilpres 22 Mei lalu, peristiwa Jokowi dan Prabowo berpelukan di pertandingan silat Asian Games 2018, dan ucapan belasungkawa atas wafatnya mantan ibu negara Ani Yudhoyono.

Memang Twitter adalah salah satu platform media sosial yang terbuka untuk dianalisis untuk beragam kepentingan. Hasil perhitungan kuantitatif tersebut tentu dapat dibedah dengan banyak ragam teori yang berguna untuk perbaikan isi pesan agar tujuan komunikasi tercapai.

Namun di era post truth dimana fakta-fakta objektif sering tertutup oleh hal-hal yang sifatnya emosional dan kepercayaan pribadi, maka memang perlu kecerdasan untuk mencermati hasil penelitian ini.

Kadang kala hasil penelitian ilmiah sangat sulit menggerakkan kepercayaan umum bahkan terlihat kalah dengan semacam kepentingan politik.
Kiranya harapan para akademisi bahwa fakta ilmiah tidak dibelokkan untuk kepentingan sesaat, bukanlah barang langka.

*) Ika K. Idris adalah Direktur Riset, Paramadina Public Policy Institute/PPPI
**) Dyah Sulistyorini adalah Manajer Riset dan Pengembangan Data Informasi Perusahaan, Perum LKBN ANTARA

Copyright © ANTARA 2019