Johannesburg (ANTARA) - Presiden Nigeria Muhammadu Buhari akan melakukan lawatan ke Afrika Selatan pada Oktober guna memperkuat ikatan antara kedua negara pascagelombang kerusuhan maut dan serangan xenofobia, menurut kantor kepresidenan Afrika Selatan, Sabtu (7/9).

Perusahaan telekomunikasi Afrika Selatan MTN Group serta jaringan pasar swalayan Shoprite sudah menutup tokoh-toko dan pusat layanan mereka di Nigeria setelah lokasi mereka diserang.

Serangan tersebut merupakan kelanjutan dari serangkaian serangan di Afrika Selatan, yang sebagian besar ditujukan pada perusahaan-perusahaan luar negeri, termasuk Nigeria.

Baca juga: Presiden Nigeria Buhari memulai jabatan kedua yang penuh tantangan

Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan pada Kamis (5/9) bahwa sedikitnya sudah 10 orang tewas, termasuk dua warga negara asing, dalam rangkaian kekerasan.

Kerusuhan itu mulai muncul di Pretoria dan kemudian meluas ke Johannesburg.

Buhari, menurut pernyataan kantor kepresidenan Afsel, akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Afrika Selatan untuk membantu mengembangkan upaya menghadapi tantangan di kedua negara setelah Ramaphosa berdiskusi dengan utusan khusus Nigeria.

"Utusan khusus telah menyampaikan keprihatinan Presiden Buhari atas kejadian baru-baru ini di Afrika Selatan, dalam konteks hubungan kuat dan ramah yang mencirikan hubungan antara kedua negara," menurut pernyataan kantor kepresidenan Afsel.

Baca juga: Gereja roboh di Nigeria, 67 warga Afsel tewas

Pernyataan itu juga menyebutkan bahwa pemerintah Buhari berencana mengambil langkah untuk menentang aksi yang mengincar aset-aset Afrika Selatan di Nigeria. Pemerintah Nigeria juga menegaskan hubungan baiknya dengan Afsel.

Rangkaian kekerasan di Afrika Selatan itu telah memicu kekhawatiran soal hubungan antara Nigeria dan Afsel, dua negara dengan ekonomi terbesar di Afrika.

Nigeria mengatakan pada Kamis bahwa pihaknya akan memanggil pulang duta besarnya di Pretoria.

Baca juga: Mantan presiden Afsel hadapi penyelidikan korupsi

Sumber: Reuters

Penerjemah: Tia Mutiasari
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019