Dalam menghadapi tantangan dan ancaman tersebut, aksi bela negara harus dilaksanakan secara sinergis antara unsur pemerintah, akademisi, bisnis, media, dan masyarakat
Kuala Lumpur (ANTARA) - Tim Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) melakukan sosialisasi Bela Negara di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Johor Bahru, Sabtu. Sosialisasi diikuti oleh keluarga besar KJRI Johor Bahru bersama diaspora Indonesia di aula konsulat setempat.

Peserta sosialisasi terdiri atas seluruh pegawai KJRI, guru-guru Sekolah Indonesia Johor Bahru, tokoh-tokoh masyarakat, perwakilan mahasiswa, dan perwakilan Pekerja Migran Indonesia.

Mereka menyimak paparan mengenai Bela Negara yang disampaikan oleh Brigjen TNI Dr. Budi Pramono, S.IP., M.M., M.A., Bandep Urusan Informasi dan Pengolahan Data Wantannas.

Acara dibuka oleh Konsul Jenderal RI Johor Bahru, Sunarko.

Dalam sambutannya, Sunarko menyampaikan bahwa sosialisasi Bela Negara kesempatan yang tepat, yaitu disampaikan pada Agustus di mana KJRI Johor Bahru dan seluruh masyarakat Indonesia baru saja merayakan peringatan HUT Ke-74 Kemerdekaan RI.

Ia mengharapkan sosialisasi itu dapat lebih meningkatkan semangat patriotisme, cinta tanah air, dan memperkuat tali silaturahim serta persatuan dan kesatuan seluruh elemen masyarakat.

Ketua tim kegiatan itu yang juga Staf Ahli Bidang Pertahanan dan Keamanan Wantannas​​​​, Mayjen TNI Toto Siswanto, S.IP., M.M., menyampaikan dalam pengantarnya bahwa Wantannas memiliki kewajiban menyebarluaskan kesadaran bela negara kepada seluruh masyarakat Indonesia.

Konsep bela negara, ujar dia, bukan berarti hanya bela negara secara militer, menggunakan senjata, tetapi konsep bela negara lebih luas daripada itu.

“Semua unsur masyarakat melalui profesinya masing-masing dapat berkontribusi untuk bersama-sama melakukan aksi bela negara,” katanya.

Dalam paparannya narasumber menjelaskan secara komprehensif konsep bela negara, antara lain bahwa sosialisasi bela negara difokuskan pada penyadaran masyarakat agar siap menghadapi tantangan dan ancaman yang bersifat non-militer, seperti ekonomi, ideologi, politik, sosial budaya, dan kerusakan lingkungan.

“Dalam menghadapi tantangan dan ancaman tersebut, aksi bela negara harus dilaksanakan secara sinergis antara unsur pemerintah, akademisi, bisnis, media, dan masyarakat,” katanya.

Peserta sosialisasi antusias mengikuti dan menyimak penjelasan mengenai bela negara tersebut. Beberapa pertanyaan dan saran masukan dilontarkan peserta sosialisasi.

Pertanyaan mereka, antara lain disampaikan perwakilan mahasiswa yang mewakili generasi milenial dengan menanyakan kiat menyebarkan kesadaran bela negara kepada generasi milenial sehingga mereka tidak apatis terhadap lingkungan sekitar dan memedulikan kepentingan bangsa dan negara.

Baca juga: Menhan: gerakan bela negara mendesak
Baca juga: Pekerja migran menjadi paskibra di Johor Bahru

 

Pewarta: Agus Setiawan
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2019