Pariwisata Sanur Bali juga sudah menjadi benchmark dalam pengembangan community based tourism
Jakarta (ANTARA) - Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga dengan Menteri Pariwisata Arief Yahya secara bersama-sama membuka Sanur Village Festival 2019, yang diselenggarakan di Pantai Sanur, Denpasar, Bali, 21-25 Agustus.

"Pariwisata Sanur Bali juga sudah menjadi benchmark dalam pengembangan community based tourism," kata Arief Yahya dalam siaran pers Kemenkop UKM di Jakarta, Kamis.

Menurut Menpar, Sanur Village Festival (SVF) 2019 telah menjadi trending topic di jagat media sosial, bahkan penyelenggaraan ajang tersebut juga masuk dalam jajaran Top Ten kalender even nasional.

Baca juga: Sanur Village Festival libatkan 75 pengelola kuliner

Selain itu, ujar dia, Sanur juga dijadikan contoh bagi sustainable tourism development, di mana dalam mengembangkan pariwisata itu harus mencakup penghormatan terhadap alam, juga pembangunan manusianya.

"Semakin kita melestarikan alam dan budaya, maka akan semakin menyejahterakan," imbuh Menpar seraya menyebutkan, sumbangan devisa dari sektor pariwisata sebesar 19 miliar dolar AS, 40 persen di antaranya disumbang dari pariwisata Bali.

Ia mengemukakan bahwa ajang SVF itu menggabungkan kegiatan berskala besar yang melibatkan festival makanan, pameran ekonomi kreatif, serangkaian kontes dan kompetisi, atraksi seni dan budaya, musik, serta berbagai kegiatan ramah lingkungan.

Selain itu, akan ada Fiesta Kuliner. Berbagai vendor hadir untuk menjual makanan, mulai dari jalanan hingga menu-menu hotel dan restoran bintang lima, serta akan ada bazaar makanan lezat, serta pertunjukan seni dan budaya tradisional, termasuk sendratari kolosal atau balet tradisional Bali.

Baca juga: Denpasar kembangkan enam desa wisata

Tak hanya itu, pesta seni kontemporer juga akan dihadirkan meliputi seni lukis tubuh, pameran seni dan fotografi, ukiran buah, serta panitia juga akan mengelar Lomba Pariwisata Olahraga, yang juga mencakup perlombaan lari maraton, futsal, tenis, golf, selancar, memancing, dan kapal tradisional.

Terdapat pula Festival Layang-Layang Internasional, di mana masyarakat bisa menikmati keindahan layang-layang dengan berbagai bentuk, ukuran dan warna. Biasanya, peserta lokal akan menampilkan layang-layang tradisional khas Bali. Namun, peserta dari daerah lain atau dari mancanegara pun akan punya banyak kreasi menarik.

SVF juga akan menyoroti aksi lingkungan. Seperti penanaman karang, pelepasan bayi penyu atau tukik ke laut, pembersihan pantai, penanaman bakau, dan kegiatan pendidikan kesadaran lingkungan lain, termasuk kampanye hidup hijau yang melibatkan penduduk lokal dan wisatawan.

Sementara itu, Ketua Yayasan Pembangunan Sanur (YPS) Ida Bagus Gede Sidharta Putra mengatakan SVF 2019 mengusung tema Darmaning Gesing. Tema ini secara harfiah dapat diartikan sebagai kewajiban berbuat baik terhadap bambu, karena bambu merupakan jenis tanaman yang paling banyak digunakan masyarakat Bali dalam kehidupan sehari-hari.

"Bambu juga mengandung unsur penting bagi kehidupan masyarakat di Bali. Baik dari spiritual, membuat layang-layang, dan lain-lain. Hampir di setiap upacara keagamaan, bambu parti digunakan," terang Sidharta Putra.

Sidharta menambahkan, kegiatan tahunan ini diharapkan mampu mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan karena tingkat hunian hotel di kawasan Sanur pada semester I tahun ini rata-rata berkisar pada 55 persen.

Baca juga: Pantai Sanur Bali dipadati wisatawan
 

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2019