Bogor (ANTARA) - Kepala Bappeda Litbang Kabupaten Bogor, Jawa Barat Syarifah Sofiah, Rabu mengatakan bahwa pada tahun 2020 Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor memperbanyak desa sebagai lokus intervensi stunting.

Menurutnya, dari 10 desa di delapan kecamatan sebagai lokus intervensi stunting pada tahun 2019, Pemerintah Kabupaten Bogor akan meningkatkan jumlahnya menjadi 40 desa yang tersebat di 14 kecamatan.

"Pada tahun 2020 akan ditambah menjadi 40 desa dari 14 kecamatan yang beririsan dengan tahun sebelumnya tiga kecamatan yaitu, Kecamatan Sukamakmur, Cibungbulang, Leuwiliang. Sedangkan lokasi kecamatan yang berubah di antaranya Kecamatan Leuwisadeng, Pamijahan, Tenjo, Jasinga dan Jonggol," ujarnya saat membuka Rapat Kerja Teknis Pemetaan Program, Kegiatan dan Sumber Pembiayaan untuk Mendorong Konvergensi Percepatan Pencegahan Stunting di Kabupaten Bogor.

Wanita yang akrab disapa Ipah itu menerangkan bahwa angka prevalensi stunting di Kabupaten Bogor tahun 2019 mencapai 39,2 persen. Angka tersebut ditargetkan menurun 20 persen di akhir periode RPJMD 2018-2023.

Baca juga: 40 desa di Bogor jadi target intervensi atasi kekerdilan

Maka, menurutnya dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2018 - 2023, penurunan prevalensi stunting menjadi salah satu indikator kinerja utama pemerintah daerah dari 31 indikator prioritas.

Di samping itu, anggaran yang disiapkan Pemkab Bogor dalam intervensi stunting tahun 2020 meningkat menjadi Rp154 Miliar, dari tahun 2019 senilai Rp136 miliar.

"Bogor sehat dengan sasaran meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat, selain juga akan berpengaruh terhadap komponen pencapaian Indeks Pembangunan Manusia," kata Ipah.

Sementara itu, Tim Percepatan Pencegahan Anak Kerdil (TP2AK), Sekretariat Wakil Presiden, Saputra mengatakan pemahaman masyarakat akan stunting masih sangat minim. Oleh karena itu, untuk mempercepat pencegahan stunting diperlukan intervensi yang terkoordinir dan konvergen, yaitu sinergi lintas sektor dengan bersama-sama menyasar kelompok prioritas yang tinggal di desa dan perkotaan.

"Intervensi, seperti program makanan tambahan, air bersih, sanitasi, perilaku hidup bersih dan sehat, imunisasi, dan lain-lain, harus dilakukan secara menyeluruh dan konvergen mulai dari tahap perencanaan dan penganggaran, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi," paparnya.

Rapat Kerja Teknis (Rakernis) yang digelar di Bogor ini, lanjut Saputra, adalah bagian dari upaya pemerintah melakukan pemetaan kegiatan dan sumber pembiayaan di seluruh OPD dan desa lokus stunting guna mendorong konvergensi percepatan pencegahan stunting di Kabupaten Bogor.

Stunting atau kekerdilan adalah masalah kurang gizi dan nutrisi kronis yang ditandai tinggi badan anak lebih pendek dari standar anak seusianya. Beberapa diantaranya mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal seperti lambat berbicara atau berjalan, hingga sering mengalami sakit.

Baca juga: Perlu intervensi gizi cegah gagal tumbuh menjadi kerdil

Baca juga: Remaja putri di Lebak terima tablet tambah darah cegah stunting

Pewarta: M Fikri Setiawan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2019