Kotabaru, (Antaranews Kalsel) - Sekelompok tokoh peduli lingkungan di Kalimantan Selatan, membangun lembaga arboretum mangrove, sebagai wahana studi dan pelestarian lingkungan.
"Arboretum mangrove adalah hutan percontohan mangrove yang berisi berbagai macam spesies mangrove yang berguna sebagai tempat pendidikan dan pengenalan jenis-jenis mangrove kepada mahasiswa, peneliti dan masyarakat," kata Amalia Rezeki di Banjarmasin, Senin.
Arboretum mangrove Pulau Curiak terletak di Anjir Muara, Kabupaten Barito Kuala. Dan lembaga ini dirintis oleh Ferry F. Hoesain dan Amalia Rezeki, yang juga dikenal sebagai pendiri Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI).
Cikal bakal arboretum mangrove ini adalah lahan persawahan pasang surut yang kurang produktif di belakang Stasiun Riset Bekantan.
Dulunya kawasan ini merupakan hutan mangrove, habitat bekantan dan satwa liar lainnya khas lahan basah.
"Adapun tujuan didirikannya arboretum kecil dan sederhana ini, agar bisa digunakan sebagai sarana pendidikan dan penelitian mahasiswa serta edukasi bagi masyarakat, sekaligus sebagai green belt atau sabuk hijau untuk menyelamatkan ekosistem lahan basah kawasan Pulau Curiak sebagai habitat bekantan dan satwa liar lainnya yang dilindungi," terang Amalia dalam rilisnya.
Termasuk beberapa jenis burung air yang mulai jarang terlihat, akibat kerusakan hutan mangrove dan perburuan liar, tambah Amalia Rezeki yang juga dikenal sebagai ketua Pusat Studi & Konservasi Keanekaragaman Hayati Indonesia - Universitas Lambung Mangkurat.
Sejak akhir 2017, SBI berusaha membangunnya secara perlahan dan pasti.
Dengan program pembuatan, pembibitan, penanaman, penyulaman, pemeliharaan dan pendataan mangrove-nya, akhirnya baru awal september 2018 ini, lahan yang dulunya ditelantarkan dan dianggap tak produktif itu, menjelma menjadi tempat pendidikan dan penelitian mangrove bagi mahasiswa dari dalam dan luar negeri.
Walaupun jauh dari kata sempurna, arboretum yang memiliki luas kurang lebih satu hektar itu, terdapat tidak kurang dari puluhan tumbuhan spesies lahan basah yang tumbuh baik.
Arboretum Ini juga dilengkapi dengan jalur track bagi pejalan kaki untuk mengamati ekosistem mangrove serta papan nama spesies tumbuhan mangrove dari papan kayu ulin.
Kawasan arboretum juga dijadikan tempat sekolah konservasi oleh SBI.
Di sepanjang tahun, setiap empat bulan sekali, diselenggarakan sekolah konservasi, yang siswanya tidak saja dari dalam negeri, tetapi juga mahasiswa dari berbagai negara.
Mereka diajarkan tentang konservasi, khususnya kehidupan liar pada ekosistem lahan basah
Adapun jenis tumbuhan yang banyak dijumpai di kawasan arboretum adalah ;
Rambai (Sonneratia caseolaris), Bintaro (Cerbera manghas), Jingah (Gluta renghas), Beringin (Ficus sp), Putat (Barringtonia asiatica), Piai (Acrostichum aureum), Kelakai (Stenochlaena palustris), Jeruju (Acanthus illicifolius), Bakung (Crinum asiaticum), Pipisangan (Ludwigia hyssopifolia), dan masih banyak lagi tumbuhan khas lahan basah terutama jenis tumbuhan mangrove.
Ke depan dikawasan arboretum tersebut juga akan dilengkapi bangunan rumah mangrove, yang berfungsi tidak saja sebagai sarana diskusi, tapi juga menjadi ruang perpustakaan untuk tumbuhan mangrove dengan keanekaragaman hayatinya. Mungkin ini adalah satu-satunya nanti di Kalimantan Selatan.
"Harapan kami, semoga bermanfaat bagi ilmu pengetahuan maupun riset lahan basah. Jika di beberapa negara di Eropa arboretum dijadikan sebagai wadah penghasil doktor, paling tidak kami berharap dari arboretum mangrove ini akan lahir peneliti-peniliti muda dari Kalimantan Selatan," terang Amalia Rezeki yang juga mahasiswa program doktoral ilmu lingkungan Universitas Lambung Mangkurat.
Tokoh lingkungan bangun arboretum mangrove Pulau Curiak
Selasa, 2 Oktober 2018 8:33 WIB
Arboretum mangrove adalah hutan percontohan mangrove yang berisi berbagai macam spesies mangrove yang berguna sebagai tempat pendidikan dan pengenalan jenis-jenis mangrove kepada mahasiswa, peneliti dan masyarakat