"Karena dari informasi yang kami terima, nelayan di Kotabaru, Kalimantan Selatan (Kalsel) masih bisa menerima alat tangkap ikan bantuan KKP tersebut," tuturnya usai menghadiri rapat paripurna DPRD provinsi setempat di Banjarmasin, Rabu.
"Memang kita berencana bekerja sama dengan mahasiswa Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin untuk `one day fishing` (satu hari melaut mencari ikan) bersama nelayan Kotabaru," ujarnya menjawab Antara Kalsel.
Tetapi, lanjutnya, rencana kerja sama dengan mahasiswa Fakultas Perikanan itu batal, karena nelayan "Bumi Sa-ijaan" Kotabaru bisa menerima alat tangkap ikan bantuan KKP tersebut.
"Namun untuk pembuktian, kami meminta Pemkab Kotabaru melakukan testimoni terhadap alat tangkap ikan bantuan KKP kepada nelayan Bumi Sa-ijaan (Sa-ijaan motto daerah Kotabaru berasal dari bahasa daerah Banjar Kalsel yang pengertiannya seia-sekata) itu," ucapnya.
Mengenai jumlah bantuan yang masih kurang, dia menyatakan, hal itu terus akan berlanjut, karena alat tangkap ikan bantuan KKP ramah lingkungan, artian tidak sampai menguras habis sumber daya keluatan dan perikanan tersebut akan mendapat tambahan.
"Sebab tujuan penyediaan alat tangkap ikan melalui KKP untuk menjaga kelestarian sumber daya kelautan dan perikanan sebagai warisan hingga anak cucu atau generasi mendatang," demikian Syaiful.
Dari 13 kabupaten/kota di Kalsel, lima di antaranya merupakan kantong nelayan yang suka melaut (mencarikan di laut), yaitu Kabupaten Kotabaru, Tanah Bumbu (Tanbu), Tanah Laut (Tala), Banjar dan Kabupaten Barito Kuala (Batola).
Namun dari lima kabupaten yang merupakan penghasil ikan laut tersebut, baru Kotabaru yang mendapatkan bantuan alat tangkap ikan dari KKP, dan itupun jumlahnya masih kurang.