Oleh
Banjarmasin, 7/10 (Antara) - Bank Indonesia Wilayah Kalimantan Selatan mendorong Kalimantan Selatan menjadi Pusat Distribusi Regional (PDR) sebagai salah satu program strategi pengendalian komoditas harga pangan di daerah.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Selatan Harymurthy Gunawan di Banjarmasin, Sabtu, mengatakan, diharapkan program PDR tersebut bisa mulai direalisasikan melalui dana APBD 2018.
Dalam laporan perkembangan inflasi daerah tentang strategi pengedalian harga komoditas disebutkan, sejak 2017 Bank Indonesia telah berupaya berkoordinasi dengan pemerintah pusat, untuk mendukung program Kalsel sebagai pusat distribusi Kalimantan.
Namun sayangnya, berdasarkan koordinasi dengan pemerintah pusat, hingga 2018 program tersebut belum bisa masuk ke dalam program strategis nasional sebagaimana yang diharapkan.
Selain itu, Bank Indonesia juga mengupayakan Kalsel sbeagai jalur utama tol laut nasional, guna menekan biaya distribusi pangan dan lainnya.
Selain mendorong terwujudkan Kalsel sebagai pusat distribusi Kalimantan, Bank Indonesia juga berupaya mengembangkan berbagai produk penyumbang inflasi, seperti bawang merah, beras lokal, daging ayam dan berbagai komuditas penyumbang inflasi lainnya melalui program kalster.
Sedangkan untuk distribusi hasil panen atau produksi petani, Bank Indonesia juga terus mendukung Penyebarluasan Rumah Pangan Kita (RPK) Bulog dan Toko Tani Indonesia (TTI), Kementerian Perdagangan.
Berbagai upaya yang telah dilakukan Bank Indonesia, terbukti mampu menekan inflasi di daerah ini, terutama inflasi yang berasal dari sektor pangan bahkan beberapa komoditas kini mengalami deflasi.
Saat ini, terdapat beberapa komoditas dari komponen inflasi inti yang justru masuk dalam sepuluh penyumbang deflasi terbesar, yaitu Air Conditioner (12,37 persen mtm) dan gula pasir (1,61 persen mtm).Terjaganya pasokan gula pasir menyebabkan inflasi gula pasir terjaga.
Sementara itu, komponen volatile food (VF) mengalami deflasi sebesar 0,74 persen (mtm) setelah pada bulan sebelumnya tercatat deflasi 0,52 persen (mtm).
Deflasi yang lebih besar terjadi pada sejumlah komoditas pangan utama, antara lain bawang merah (11,70 persen mtm), daging ayam ras (5,77 persen mtm), telur ayam ras (2,01 persen mtm), bayam (17,53 persen mtm), bawang putih (13,29 persen mtm), tomat sayur (11,70 persen mtm) dan nila (2,11 persen mtm).
Harga bawang merah mengalami penurunan sejalan dengan adanya peningkatan pasokan, khususnya pasokan dari Kabupaten Tapin dan Hulu Sungai Selatan, yang pada September 2017 mengalami panen raya.
Harga telur ayam ras dan daging ayam ras kembali turunpasca kembali lancarnya distribusi komoditas tersebut yang pada bulan sebelumnya sempat mengalami hambatan.
Penyebarluasan Rumah Pangan Kita (RPK) Bulog dan Toko Tani Indonesia (TTI), Kementerian Perdagangan mendorong penerapan harga eceran tertinggi (HET) komoditas gula, minyak goreng kemasan sederhana dan daging guna menjaga stabilitas harga bahan pokok tersebut.
BI Dukung Kalsel Sebagai Pusat Distribusi Regional
Minggu, 8 Oktober 2017 8:56 WIB