Selain itu, persiapan dan kesiapan dini terhadap berbagai kemungkinan dampak yang muncul dari karhutla tersebut terhadap kesehatan masyarakat, lanjutnya menjawab Antara Kalimantan Selatan (Kalsel) di Banjarmasin, Selasa.
Sebagai contoh persedian maskar (penutup mulut & hidung) guna mencegah atau minimal mengurangi dampak kabut asap dari karhutla tersebut, tutur wakil rakyat asal daerah pemilihan (dapil) Kalsel VI/Kabupaten Kotabaru dan Kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu) itu.
"Kalau perlu masker itu bagikan sekarang atau sejak dini pula kepada masyarakat, terutama pada daerah-daerah yang belakangan sudah ada serangan kabut asap tipis. Jangan menunggu keadaan parah atau kabut asap tebal," sarannya.
Wakil rakyat dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) bergelar sarjana ekonomi tersebut juga mengharapkan, agar petugas kesehatan selalu siaga dalam menangani masyarakat yang terkena dampak musim kemarau, seperti muntah dan berak (muntaber).
"Karena dari pengalaman selama ini, setiap musim kemarau terjadi wabah muntaber. Pengalaman masa lalu hendaknya menjadi rujukan agar kejadian serupa jangan terulang atau setidaknya kita minimalkan," lanjutnya.
Begitu pula instalasi kesehatan seperti rumah sakit dan Puskesmas harus berupaya memberikan layanan maksimal atau memadai terhadap mereka yang terkena dampak kemarau ataupun karhutla, seperti persediaan obat-obatan dan ruangan, demikian Iskandar Zulkarnain.
Pada kesempatan terpisah, anggota Komisi II DPRD Kalsel Ronie Fahmi Rais dari Partai NasDem kepada wartawan mengatakan, dampak karhutla tidak cuma bagi penduduk setempat, tetapi juga terhadap orang lain atau mancanegara.
"Misalnya kabut asap yang muncul dari karhutla bisa menyebar kemana-mana, bahkan sampai keluar negeri atau negeri jiran dan membuat ribut penduduk mancanegara itu," ujar rakyat asal dapil Kalsel VI/Kabupaten Kotabaru dan Tanbu tersebut.
"Oleh sebab itu, selain melakukan antisipasi dini atas karhutla, juga menyiapkan sarana dan prasarana penanggulangannya yang lebih memadai supaya tidak menimbulkan dampak yang semakin parah, demikian Ronie Fahmi Rais.